JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi masih akan melanjutkan penguatan. Meski begitu, pergerakan rupiah dinilai tidak signifikan.
Analis valuta asing, Rully Nova, mengungkapkan masih ada ruang untuk rupiah menguat terhadap dolar AS. "Rangenya di Rp9.170-Rp9.190 per USD," ungkap saat dihubungi Okezone di Jakarta, Jumat (27/4/2012).
Menurutnya, saat ini kondisi eksternal juga terimbas sentimen positif. Hal ini dibuktikan dari lelang obligasi Negeri Kincir Angin, Belanda, yang mampu terserap pasar. "Faktor lain adalah The Fed optimistis pemulihan ekonomi AS saat ini berada di jalur yang benar," jelas dia.
Sayangnya, sentimen positif tersebut tersandera sentimen negatif dalam negeri. Para pelaku pasar melihat isu Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, terutama wacana pembatasan, dikhawatirkan akan berdampak kepada inflasi. "Ini yang memberatkan rupiah. Sehingga rupiah sulit untuk menguat lebih dalam," kata dia.
Hal inilah yang membuat investor cenderung mengamati pergerakan rupiah maupun dalam berinvestasi di Indonesia. "Jadi investor masih wait and see, karena isu BBM itu, rupiahnya jadi tersandera," tandasnya.
Sebagaimana diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berhasil menguat tipis. Meski begitu, rupiah tampak belum bisa menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Menurut kurs Bloomberg, rupiah berhasil menguat Rp10 dan ditutup pada Rp9.190 per USD dari sebelumnya Rp9.200 per USD, dengan rata-rata perdagangan harian Rp9.167-Rp9.203. Sementara itu, menurut kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah hanya menguat Rp4 dari Rp9.94 per USD, menjadi Rp9.190 per USD dengan range perdagangan harian Rp9.144-Rp9.236 per USD.
(Martin Bagya Kertiyasa)