CIAMIS - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan memastikan bahwa Jawa Barat tidak mungkin mencetak sawah baru, karena kondisi lahannya sudah penuh bahkan sudah banyak sawah yang hilang akibat perumahan dan pabrik.
Menurut dia, selain di Jabar lokasi lain yang tidak mungkin mencetak sawah baru, yaitu Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Kedua daerah itu kondisinya sama dengan Jawa Barat.
"Tahun ini, kita pilih Kalimantan Timur untuk sawah baru dengan luas sedikitnya 100 ribu hektare (ha)," kata Dahlan di sela kunjunganya ke Kantor Bulog dan Pontren Darussalam Ciamis, akhir pekan ini.
Kalau dipaksakan di Jabar, lanjut Dahlan, sama artinya membuka lahan lama. Di Jabar, biarkan masyarakat yang menanam, sedangkan untuk sawah baru, itu menjadi tangungjawab BUMN dalam menciptakan lahan baru.
"Di Kalimantan Timur itu dibeli gabungan BUMN termasuk Bulog, sekarang izinya sedang diproses kerjasama dengan Pemda setempat. Tidak jauh sistemnya seperti perkebunan sawit, karet dan kopi," ucap Dahlan.
Menurut Dahlan, kehadiran sawah baru itu untuk menganti sawah-sawah yang hilang selama ini, baik yang hilang karena perumahan maupun hilang karena jadi pabrik. Sedangkan tujuan akhirnya, tandas Dahlan, untuk mewujudkan Indonesia tidak impor beras lagi. Indonesia harus malu, karena masih impor beras cukup besar hingga 1,7 juta ton.
Selain membuka sawah baru, BUMN, termasuk Bulog, terus digenjot untuk melakukan pengadaan beras sebanyak-banyaknya. "Hasilnya, dalam lima bulan terakhir sudah ada dua juta ton beras, itu suatu prestasi yang luar biasa karena dua tahun berturut-turut kalau di kumpulkan belum mencapai sebesar lima bulan terakhir sekarang. Bulog kita bekerja luar biasa, dan semua sudah bertekad untuk tidak impor beras lagi," tandas Dahlan.
Dahlan menambahkan, sekalipun Indonesia terpaksa mengimpor beras, namun impornya jangan banyak-banyak. Mungkin, kalaupun masih impor, ke depan tinggal impor beras khusus, yaitu beras yang tidak diproduksi, misalnya beras ketan yang kebutuhanya masih besar tapi petani kita sudah berkurang tidak berminat menanam beras ketan.
"Begitu juga beras yang high class yang harganya mencapai Rp60 ribu per kg, petani kita belum memproduksi itu. Kecuali, sedang dirancang mulai saat ini petani kita menanam beras jenis tersebut salah satunya di Cianjur. Intinya sekalipun terpaksa impor tinggal beras yang khusus," ujar Dahlan.
Sementara itu, terkait masih banyaknya kualitas Beras Untuk Masyarakat Miskin (Raskin) yang kualitasnya jelek, Dahlan meminta bantuan media massa untuk memberitakanya.
"Kalau diberitakan oleh media massa, kami menjadi tahu di mana saja beras-beras yang jelek itu kalau bisa diungkap sekalian. Termasuk kalau ada orang jual Raskin anda ungkap sebesar-besarnya supaya nanti kita tahu prakteknya sepeti apa dan memudahkan untuk menindaknya,” pungkas Dahlan.