Kemenperin Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Industri Manufaktur

Sandra Karina, Jurnalis
Minggu 14 Oktober 2012 18:06 WIB
Ilustrasi. (Foto: Corbis)
Share :

JAKARTA — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) merevisi target pertumbuhan industri pengolahan manufaktur tahun ini dari 7,1 persen menjadi 6,5 persen. Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, revisi target itu dengan melihat adanya dampak dari  krisis ekonomi global.

Kendati demikian, Hidayat tetap optimistis industri manufaktur akan terus bertumbuh secara signifikan.  “Kalau mau realistis sih 6,5 persen atau dibawah 7 persen. Melihat kondisi hingga kuartal tiga, kami memprediksi pertumbuhannya di bawah 7 persen,” kata Hidayat di Jakarta, akhir pekan lalu.

Adapun sejumlah sektor yang mendorong pertumbuhan industri manufaktur, kata dia, salah satunya adalah automotif. Menurutnya, investasi di sektor automotif terus meningkat. Hidayat mencontohkan, produsen komponen asal Jepang yakni Denso Corporation akan mengalihkan basis produksi untuk wilayah Asia Tenggara dari Thailand ke Indonesia.

Rencananya, Denso akan melakukan peletakan batu pertama (ground breaking) pabrik ketiganya di Bekasi pada November mendatang.

Sementara itu, terkait masalah penahanan kontainer berisi bahan baku baja di sejumlah pelabuhan, memang memengaruhi kinerja industri logam dasar di awal tahun ini. Namun, lanjutnya, kinerja industri itu mulai kembali menggeliat di semester II/2012.

Hal itu, menurutnya, terlihat dari komitmen investasi di sektor tersebut, seperti investor China yang ingin membangun pabrik di Kalimantan.
“Itu membuktikan, meski pertumbuhannya melemah, sektor tersebut tetap menjadi primadona,” tuturnya.

Hidayat menjelaskan, kinerja sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) juga mengalami penurunan. Penurunan itu, kata dia, terjadi akibat melemahnya permintaan ekspor.

Hidayat mengatakan, ada sejumlah tantangan yang harus diatasi, yakni pelemahan pasar di Amerika dan Eropa, ketergantungan impor bahan baku dan penolong, produk impor, persaingan antara produk lokal dengan produk impor, kondisi infrastruktur sebagai pendukung produksi dan distribusi, ketersediaan lahan kawasan industri, serta jaminan pasokan bahan baku dan sumber energi.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya