SOLO - Liburan akhir 2012, perdagangan di sejumlah Pusat Batik Solo, Jawa Tengah seperti Kampung Batik Laweyan, Kampung Batik Kauman, Pasar Klewer, Pusat Grosir Solo (PGS), Beteng Trade Center (BTC), Lumbung Batik dan sebagainya mengalami peningkatan omzet sekira 25 persen.
"Omzet kami selama liburan akhir 2012 kemarin memang meningkat. Peningkatannya sekira 20-25 persen dibanding hari biasa. Bahkan hingga hari ini (Rabu) masih banyak yang datang," ujar Bambang, pemilik salah satu showroom batik di kawasan Kampung Batik Laweyan Solo, Jawa Tengah, Rabu (2/1/2013).
Kenaikan omzet penjualan batik, menurut Bambang, disebabkan banyaknya pengunjung yang berasal dari berbagai kota di luar Solo, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Batam, dan sebagainya. "Mereka umumnya berbelanja batik, selain untuk dikenakan sendiri, juga untuk oleh-oleh," ungkapnya.
Pernyataan senada juga dikemukakan Darsono, koordinator pedagang batik di Lumbung Batik, di Laweyan Solo. Darsono mengungkapkan bahwa batik yang dibeli umumnya berupa pakaian pria, rok, daster dan baju wanita.
"Kalau untuk dikenakan sendiri biasanya pakaian pria, dan baju wanita. Tetapi bila untuk oleh-oleh biasanya baju wanita, daster, sprei lengkap dengan sarung bantal dan sebagainya," ujarnya.
Soal harga yang dipilih, menurut Sahil, pedagang batik di PGS, cukup bervariasi. Mulai dari harga yang hanya berkisar Rp40 ribu per potong, hingga ada yang sampai Rp1 juta per potong.
"Soal tawar menawar, lumrah. Namanya saja mereka pembeli, lumrah kalau menawar. Tetapi umumnya mereka belinya juga tidak sedikit. Kalaupun omzet, ya jelas ada kenaikan sekira 30 persen dibanding hari biasa," ujarnya.