JAKARTA - Indonesia National Shipowners Association (INSA) menilai industri pelabuhan di Indonesia mengalami masa periode jalan di tempat, dan terkesan mengalami kemunduran. Industri pelabuhan di Indonesia kembali mengalami kemunduran tiap pergantian Pemerintah baru.
Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto mencontohkan kejadian yang terjadi di Pelabuhan Tanjung Priok merupakan preseden buruk bagi para investor di sektor pelabuhan.
"Pemerintah kita tidak jalan maju seperti Amerika Serikat (AS). Kita selalu mundur, balik lagi, dulu pada 1985 kapal kita masuk dikuasai kapal asing, lalu sekarang mau di urek-urek lagi. Ini kan mengalami kemunduran banget," katanya, saat konferensi pers di kantornya di Jalan Tanah Abang, Jakarta, Senin (3/6/2013).
Dia menambahkan, dalam menghadapi ASEAN Economic Comunity (AEC) 2015 yang tinggal 1,5 tahun lagi, seharusnya BUMN dan pihak swasta bergandengan tangan memperkuat jaringan agar tidak diremehkan oleh negara Lain.
"Malah kita berkelahi di dalam. Di luar pasti lagi menertawakan kita. Setiap pergantian pemerintah mundur lagi," jelasnya.
Seperti diketahui, hari ini para Angkutan Khusus Pelabuhan (Angsuspel) mengadakan mogok, lantara menilai PT Pelindo II telah melakukan monopoli pada angkutan khusus pelabuhan.
Adapun yang mengadakan demo, yakni Asosiasi Logistik dan Fowarder Indonesia (ALFI), bersama dengan INSA, Asosiasi Bongkar Muat Indonesia (APBMI) dan Forum Komunikasi Angsuspel mengancam berhenti operasi hingga pemerintah menanggapi dan mencari jalan keluar terkait masalah tersebut.
Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk protes perusahaan pelabuhan swasta lantaran Pelindo II banyak membentuk anak usaha di luar bisnis pengelolaan ke pelabuhan, sehingga mengancam bisnis pengusaha pelayaran dan logistik swasta.
(Martin Bagya Kertiyasa)