JAKARTA - Nilai tukar Rupiah yang semakin melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan tidak akan mempengaruhi daya saing Indonesia di kancah global. Pasalnya, pelemahan Rupiah juga dapat menahan inflasi.
"Kita lihat, pertama, inflasi kita dibandingkan dengan negara lain, lebih tinggi enggak? Artinya, nilai tukarnya enggak berpengaruh kita kehilangan competitivenes. Itu hasil dibantu nilai tukar yang sedikit melemah kan," kata Menteri Keuangan Chatib Basri di Kantor BKPM, Jakarta, Selasa (23/7/2013).
Chatib mengatakan, agar lebih kompetitif, Indonesia perlu mengetahui perlu mengetahui relaxation rate, di mana inflasi sejajar dengan depresiasi. Walaupun begitu, dia enggan memberikan kisaran nilai tukar Rupiah.
"Saya enggak tahu (berapa kisaran Rupiah yang pas), enggak tahu saya, dan enggak mau nyebut angka. (Takutnya) nanti dianggap sebagai patokan," kata Chatib.
Berbeda dengan nilai tukar Rupiah, dia memperkirakan inflasi Juli bakal melonjak hingga 2 persen lantaran adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
"Perkiraan saya sih dua sekian mungkin. Enggak berani bilang (lebih jauh) deh, tapi saya kira di atas 2 persen, karena efeknya dari 22 Juni ke 22 Juli akan masuk ke Juli," tukas dia.
(Martin Bagya Kertiyasa)