JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah membuat pelaku industri kelabakan. Salah satu sektor yang mengalami imbas di antaranya perusahaan telekomunikasi.
Diakui Direktur Utama PT XL Axiata Tbk Hasnul Suhaemi, pelemahan rupiah memang berpengaruh tetapi tidak signifikan. Bahkan dia menyebutkan, utang XL Axiata tidak banyak dalam bentuk dolar Amerika Serikat.
"Malah hampir semua dalam bentuk Rupiah. Perlu saya tambahkan, rasio utang kita itukan cuma 1,1 kali, jadi ini masih relatif rendahlah," ujar Hasnul, di Tugu Kunstkring Paleis, Jakarta, Jumat, 30 Agustus malam.
Dengan adanya kebijakan kenaikan BI Rate hingga 50 bps menjadi 7 persen pun diakuinya tidak membuat khawatir. Menurutnya, langkah yang dilakukan bank sentral berimbas pada kenaikan beban usaha.
"Saya pikir kebijakan itu untuk demi ekonomi bangsa, ya akan kita tempuh. Jadi naik-naik dikit enggak apa-apalah. Kalau enggak kan makin terpuruk ekonomi kita," ujar Hasnul.
Sebelumnya, Fitch Ratings menilai, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ini menyebabkan utang di perusahaan telekomunikasi di Indonesia ikut terpengaruh. Pasalnya, pada periode Februari hingga Agustus 2013, sejumlah perusahaan telekomunikasi terkena imbas pelemahan rupiah yang melorot sampai 10 persen.
Perusahaan telekomunikasi terbesar ketiga di Indonesia itu mendapat peringkat BBB (Stabil) berada posisi yang aman dengan utang valasnya USD310 juta, atau sekira 19 persen dari total utang mata uang asing, di mana 92 persen dari utang valas tersebut telah dihending. (kie)
(Widi Agustian)