Rini Suwandi, Eksis di Dunia Ekonomi Sejak Zaman Soeharto

Widi Agustian, Jurnalis
Minggu 26 Oktober 2014 18:10 WIB
Rini Suwandi, Eksis di Dunia Ekonomi Sejak Zaman Soeharto (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA - Rini Suwandi yang lahir di Maryland, 9 Juni 1958, adalah mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada Kabinet Gotong Royong di era Presiden Megawati. Sarjana Ekonomi lulusan Wellesley College, Massachusetts, Amerika Serikat (AS) Ini sudah eksis di dunia ekonomi sejak zaman Presiden Soeharto.

Awal karier wanita bernama lengkap Rini Mariani Soemarno Soewandi ini dimulai ketika ia magang di Departemen Keuangan AS sebelum akhirnya dirinya kembali ke Indonesia dan memulai kariernya bekerja di Citibank Jakarta dan diangkat menjadi Vice President di Citibank. Dirinya juga sempat menjabat sebagai Direktur Keuangan Astra Internasional. Demikian penelusuran Okezone di Jakarta.

Sebelum akhirnya diangkat menjadi menteri, pada 1998 dirinya ditarik ke jajaran birokrasi. Dia dipilih Menteri Keuangan saat itu, Fuad Bawazier untuk membantunya menjadi asisten bidang Hubungan Ekonomi Keuangan Internasional. Di tahun yang sama, tepatnya bulan April, pemerintah juga mengangkatnya menjadi Wakil Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Tapi, rupanya dua jabatan itu hanya kuat dijalani Rini dalam hitungan bulan. Ada banyak faktor eksternal yang membuat dirinya tidak bisa berkarya secara maksimal di sana. Rini mengundurkan diri dari dua jabatan tadi dan kembali ke Astra Internasional. Ia memang tidak begitu membanggakan jabatannya di birokrasi.

Keputusan Rini kembali ke Astra mengundang banyak pertanyaan kawan-kawannya. Pasalnya, terjangan badai krisis ekonomi hampir membuat kapal Astra karam. Kerugian induk perusahaan auotomotif terbesar di Indonesia itu pada semester pertama 1998 mencapai Rp7,36 trilliun.

Ketika itu, dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSBL) 8 Februari 1998, boleh dibilang perusahaan itu sudah bangkrut. Sahamnya sendiri di Bursa Efek Jakarta hanya bernilai Rp225 per lembar saham pada September 1998. Bandingkan dengan saat go public menjelang akhir 1980-an yang mencapai belasan ribu rupiah. Saat itu, dia diangkat menjadi Presiden Direktur di Astra.

Rini tidak surut melihat beratnya tantangan yang ada di hadapannya itu. Beberapa langkah segera diambil, seperti program efisiensi usaha melalui pemotongan gaji jajaran eksekutif, penutupan jaringan distribusi yang kurang strategis, serta pengurangan 20 persen karyawan dari 100 ribu karyawan Astra saat itu.

Selain itu, Rini juga mengajak karyawan menjadi bagian dari pemegang saham Astra sehingga kepentingan pemegang saham, perusahaan dan karyawan bisa selaras. Langkah lainnya adalah merestrukturisasi utang Astra Internasional yang mencapai USD1 milliar dan Rp1 trilliun. Akibat langkah-langkah itu, keuntungan Astra untuk seluruh tahun 1999 mencapai Rp800 milliar dari kerugian mencapai Rp1,976 trilliun tahun 1998.

Namun, kerja keras dan prestasi Rini itu berbenturan dengan pemegang kebijakan. Kapal yang dinahkodainya dinilai Cacuk Sudaryanto, kepala BPPN yang baru, sebagai tidak kooperatif. Ini berkait dengan rencana BPPN melepas saham Astra yang dipegang pemerintah. Rini dinilai tidak memuluskan pelepasan saham itu karena tidak suka pada investor yang dipilih BPPN.

Rini sempat berang dengan tudingan itu dan mengirim surat kepada Presiden Presiden Republik Indonesia Keempat (1999-2001) Abdurrahman Wahid. Isinya membantah apa yang diungkapkan Cacuk. Buntutnya terjadi silang pendapat soal rencana penjualan saham Astra dan penggantian dirinya.

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) 8 Februari 2000, dua tahun setelah ia dipilih dalam ajang yang sama, Rini harus merelakan kursi Presiden Direktur Astra Internasional kepada Theodore Permadi Rachmat. Mantan atasannya ketika dia masih menjabat sebagai Direktur Keuangan perusahaan itu.

Lepas dari Astra tidak berarti Rini bukan berarti kariernya berakhir. Tak lama setelah pemberhentian, Rini masuk ke perusahaan multimedia Agrakom. Dia kemudian juga mendirikan perusahaan automotif sepeda motor Kanzen. Namun manajemen dan produk sepeda motor Kanzen ini dinilai berbagai pihak kurang baik.

Namun, keberuntungan memang masih melekat pada diri Rini Soewandi. Presiden Megawati Sukarnoputri, mempercayainya untuk duduk di daftar kursi Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Presiden Republik Indonesia Kelima (2001-2004)

Kabinet Gotong Royong, yang dilantik 9 Agustus 2001.

Berikut ini sejumlah karir yang pernah digeluti Rini Soewandi:

• 2001-2005:Presiden Direktur PT Kanzen Motor Indonesia

• 2001-2004: Menteri Perindustrian dan Perdagangan Kabinet Gotong Royong

• 2000-2001: Presiden Direktur PT Semesta Citra Motorindo

• 1998-2000: Presiden Direktur PT Astra Internasional

• 1990-1998: Direktur Keuangan Astra Internasional

• 2000: Presiden Komisaris PT Semesta Citra Motorindo

• 2000: Komisaris PT Agrakom

• 1999: Presiden Komisaris PT Astra Agro Lestari

• 1998: Staf Ahli Departemen Keuangan Republik Indonesia

• 1998: Wakil Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional

• 1995: Komisaris PT Astra Agro Lestari

• 1995: Komisaris Bursa Efek Jakarta

• 1993: Wakil Presiden Komisaris PT United Tractors

• 1990: Komisaris Bank Universal

• 1989: General Manager Finance Division, PT Astra International

(Rizkie Fauzian)

Halaman:
Lihat Semua
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya