Kepala Riset Asia Pasifik Knight Frank Nicholas Holt mengatakan, Hong Kong dan Singapura adalah contoh yang pertumbuhannya terhambat. Menurut dia, kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk membatasi kenaikan harga, dilakukan melalui pajak yang lebih tinggi dan intervensi pasar properti.
Beijing dan Guangzhou yang sebelumnya berada di jajaran 10 besar, kini merosot ke tengah dari 100 jajaran pasar the Prime International Residential Index di dunia. Sementara itu Singapura jatuh ke dasar daftar tersebut.
"Ke depan, Meksiko, Indonesia, Nigeria dan Turki akan menjadi konsumen pembeli properti mewah di dunia," jelas dia seperti dilansir dari CNBC, Jumat (6/4/2015).
"Para pembeli Indonesia akan menjadi kekuatan yang jauh lebih serius di Australia dan se-kawasan Asia-Pasifik pada 2015," tambahnya.
Di sisi lain, sementara pasar properti mewah di New York, tengah berada dalam performa puncaknya pada 2014 lalu. Pasalnya, harga rumah mewah di sana memperoleh keuntungan terbesar secara global.
Adapun kontribusi nilai properti perumahan mewah terhadap keuangan Amerika Serikat (AS) melonjak 18,8 persen pada Desember 2013 hingga Desember 2014. Angka ini jauh melampaui pertumbuhan harga rata-rata global sebesar 2 persen.