Pertumbuhan pengguna internet yang sangat cepat terjadi hampir di seluruh negara termasuk Indonesia. Booming internet di Indonesia pun dimanfaatkan dengan baik oleh para produsen gadget.
Seakan tidak mau kehilangan momentum, semua pun berlomba menggapai meledaknya internet, menjadi go line. Pedagang yang tadinya membuka warung, kini bertransformasi dengan membuka "lapak" di dunia maya.
Ditambah lagi, dengan tingginya konsumsi masyarakat Indonesia menjadikan warung-warung penjaja dagangan dunia maya terus bertambah. Berbagai e-commers pun mulai berebut kue belanja online, salah satunya adalah Zalora.
Adalah Zalora Frederick Thomassen, CEO dari butik fashion online terbesar tersebut yang ikut menikmati manisnya kue belanja online di Indonesia. Tak ayal, tiga tahun pun dilaluinya di Indonesia, yang jauh dari kampung halamannya Norwegia.
Fredercik melihat pertumbuhan penggunaan smartphone di masyarakat juga menjadi nilai tersendiri terhadap pertumbuhan ranah bisnis e-commerce. Pasalnya, pertumbuhan ini dibarengi dengan pertumbuhan masyarakat kelas menengah yang terus bertambah setiap tahunnya, membuat pasar e-commerce di Indonesia semakin seksi.
"Penetrasi seluler, penetrasi internet, PDB, penduduk kelas menengah yang terus meningkat dan cakupan 3G yang semakin meluas, semuanya meroket secara bersamaan. Menurut saya ini membuat pertumbuhan bisnis internet (e-commers) lebih cepat dibanding China," tutur dia kepada Okezone di kantornya belum lama ini.
Pria yang sukses di umur 27 tahun tersebut pun membuka rahasianya rela meninggalkan tanah kelahirannya demi berbisnis di Indonesia. Fredercik secara terang-terangan mengatakan nyaman tinggal di Indonesia, karena mempunyai banyak tempat wisata yang menakjubkan.
"Indonesia merupakan tempat yang menakjubkan untuk ditempati bagi orang yang suka berselancar, berenang menyelam dan mendaki gunung," kata dia.
Pasar Besar yang Masih Mentah
Sayangnya, ambisi Fredercik untuk meraup pangsa pasar Indonesia seperti pepatah ‘maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai’. Maksudnya ambisi Frederick tersebut masih terhambat dengan budaya belanja masyarakat Indonesia.
Banyak faktor yang membuat pola berbelanja online masih belum banyak dilakukan. Menurut dia, selain tingkat kepercayaan yang masih rendah, infrastruktur internet di Indonesia tidak secepat di negara Asia lainnya. Padahal, akses internet sangat krusial bagi bisnis e-commerce.
Kendati demikian, pria yang hobi berselancar ini mengatakan tidak ambil pusing terhadap minimnya penetrasi internet Indonesia. Menurutnya, semua itu bukan menjadi hambatan, namun kesempatan untuk berkembang, buktinya dalam tiga tahun Zalora selalu tumbuh double digit.
"Saya pikir kita tidak harus melihat seberapa Indonesia siap untuk menjalani pertumbuhan e-commerce, tapi seberapa besar kesempatannya untuk memulai bisnis ini. Dan di Indonesia peningkatannya cukup cepat. Karena ada beberapa penetrasi, seperti pertumbuhan layanan internet, jaringan mobile, dan juga ekosistem logistik," jelas dia.
"Tapi yang kita tahu, pasar di sini cukup besar untuk banyak perusahaan. Dan ini juga cukup besar untuk kami tumbuh, sangat sustainable, double digit rate setiap bulan. Jadi ini cukup besar," tutur Frederick.
(Rizkie Fauzian)