Pensil dan Kehidupan

, Jurnalis
Senin 18 Mei 2015 09:42 WIB
Andrie Wongso. (Foto: Koran Sindo)
Share :

Pada suasana sore yang teduh, seorang nenek tampak berkutat asyik dengan kegiatannya di halaman belakang sebuah rumah. Ia tampak sedang menuliskan sesuatu pada sebuah kertas.
 

Kala itu, kemudian si cucu datang menghampiri dan bertanya, ”Nenek sedang menulis apa? Sepertinya asyik sekali. Pensilnya baru ya, Nek?” Sambil tersenyum sabar, si nenek menjawab. ”Nenek sedang menulis tentang kamu, cucu nenek yang cantik dan pintar,” ucapnya penuh sayang.

”Tetapi, sebenarnya ada yang lebih penting dari isi tulisan ini, yaitu pensil yang nenek pakai untuk menulis ini.” Si cucu sejenak merasa kebingungan mendengar penuturan nenek. Ia pun dengan saksama mengamati sesaat pensil yang ada di tangan nenek. Tak lama, si cucu berkata, ”Selain pensilnya masih baru, rasanya tidak ada yang istimewa dari pensil itu. Memang apa hebatnya pensil itu, dibandingkan dengan pensil yang lain?”

”Pensil nenek ini sama saja dengan pensil yang lain. Maksud nenek, sebatang pensil bukan hanya dinilai dari bentuk fisiknya, warna, atau panjang pendeknya, tetapi sebatang pensil sebenarnya mempunyai lima kualitas unggulan yang bisa menjadi pedoman saat kita menjalani kehidupan ini,” jelas nenek sembari mengelus lembut rambut cucu kesayangannya. ”Memangnya selain untuk menulis, kualitas apa lagi yang dipunyai oleh sebatang pensil Nek?” tanya si cucu penasaran. ”Dengarkan baik-baik ya...” kata nenek.

”Kualitas pertama yang perlu diperhatikan yaitu bahwa pensil dapat menjadi pengingat kita kalau kita bisa berbuat hal yang hebat d a l a m hidup ini. Yakni, mengingatkan bahwa seperti sebuah pensil ketika menulis, kita tidak boleh lupa bahwa ada tangan yang selalu membimbing langkah kita dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan. Dia selalu membimbing kita sesuai dengan ajaran-ajaran- Nya.”

”Kualitas kedua, kamu bisa memperhatikan, bahwa saat proses menulis, kita kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil kita. Rautan itu seakan membuat si pensil menderita. Tetapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kehidupan manusia. Kita harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, termasuk berbagai ujian dan tantangan, karena itu semua yang akan membuat kita menjadi manusia yang lebih baik dan berkualitas.”

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya