Seorang perajin tempe di Kedungdowo, Wates warisan, mengatakan harga kedelai saat ini telah melonjak. Sebelunya per kilogram (kg) hanya Rp6.800. Mulai beberapa hari ini, harga telah merangkak naik menjadi Rp7.300.
“Kenaikan ini belum kita respons, yang pasti keuntungan kita turun sekitar 5 persen,” jelas Wasian, Rabu (26/8/2015).
Menurutnya, perajin tidak berani menaikkan harga jual tempe. Mereka takut ketika harga dinaikkan atau ukuran kecil, pelanggan akan beralih. Padahal, untuk membuat tempe yang bagus, bahan baku utama harus menggunakan kedelai impor. Kedelai dari Amerika memiliki ukuran yang lebih besar. “Saat ini belum akan saya naikkan, semoga rupiah bisa menguat agar harga kedelai juga turun,” jelasnya.
Wasian yang sudah memproduksi tempe sejak 1988 ini, setiap hari bisa menghabiskan 80 kg. Setiap tempe dijual di kisaran Rp2.000-Rp2.500. Perajin tempe lain Sugiyono, mengatakan kualitas produk tempe masih tetap dipertahankan. Meski harga kedelai naik, namun harga tempe tetap sama.
“Kualitas produk tempe kita lebih bagus, dan biasa dijual di pasar pagi Wates,” jelasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)