Kendati begitu, dia mengatakan masih ada kendala di pergerakan obligasi, di mana kepemilikan asing terhadap pasar obligasi pemerintah Indonesia cenderung semakin besar dibanding negara lainnya. Sehingga pergerakan obligasi sangat rentan dengan gejolak ekonomi global.
Untuk itu pihak telah menyiapkan empat strategi penempatan reksa dana tetap di obligasi. Pengelolaan portofoio dana rencana akan difokuskan kepada obligasi pemerintah jangka pendek dan menengah dengan pori 30-50 persen. Hal itu demi menghindari risiko likuiditas.
Kemudian sekitar 5-30 persen dana kelola akan ditempatkan ke dalam obligasi pemerintah menengah panjang. Hal itu demi memanfaatkan kemungkinan momentum yang terjadi di tahun ini.
"Ketika suku bunga rendah kalau nanti inflasi juga rendah kemungkinan obligasi naik, nah jadi besaran persentase itu kami pakai untuk obligasi pemerintah jangka panjang," katanya.
Fokus ketiga, lanjut Rudiyanto, sekitar 20-40 persen dana kelola akan ditempatkan ke obligasi korporasi berkualitas baik. Dengan rating AA dengan jangka waktu di bawah lima tahun. Sisanya sekitar 5 persen ditempatkan untuk deposito atau pasar uang untuk pembayaran dividen nasabah.
(Martin Bagya Kertiyasa)