"Itu yang terjadi di Eropa, Jepang, kemudian yang mereka lakukan adalah stimulus moneter, kembali lagi stimulus moneter, sudah dilakukan beberapa tahun sistem ekonominya di gelontorkan uang lah gitu suku bunga diturunkan sampai negatif dengan harapan perbankannya mau menyalurkan kredit," imbuh dia.
Namun sayangnya, permasalahan di Eropa adalah harga barang yang cenderung turun membuat produsen malas berproduksi dan berdampak pada permintaan kredit.
"Permasalahan di Eropa dan Jepang adalah perbankannya mau menyalurkan kredit tapi permintaannya tidak terjadi, karena konsumen melihat harga akan turun terus sehingga mereka tidak melakukan konsumsi dan produsen jadi tidak produksi dan tidak memerlukan kredit," cetusnya.
Sebelumnya, Dewan Gubernur ECB mengejutkan pasar keuangan global dengan mengeluarkan sejumlah kebijakan secara dramatis. ECB memutuskan untuk memangkas sejumlah suku bunga dan memperluas program pembelian aset.
Suku bunga untuk fasilitas pinjaman marjinal akan mengalami penurunan sebesar lima basis poin menjadi 0,25 persen dan suku bunga fasilitas deposito akan menurun 10 basis poin menjadi minus 0,4 persen, mulai dari 16 Maret 2016.
(Fakhri Rezy)