JAKARTA - Pertumbuhan bisnis perbankan syariah terus bergerak positif. Ini terlihat dari peningkatan aset pada akhir tahun lalu yang mencapai Rp356,50 triliun, tumbuh 20,33% dibanding 2015 sebesar Rp296,26 triliun.
Selain itu, dari sisi pembiayaan perbankan syariah juga meningkat 16,40% menjadi Rp249,09 triliun, dibandingkan pada tahun sebelumnya yang hanya Rp213,99 triliun.
Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Agus Sudiarto mengatakan, pertumbuhan perbankan syariah juga bisa dilihat dari perolehan dana pihak ketiga di mana pada Desember 2016 mencapai Rp279,33 triliun, naik 20,83% dari posisi Desember 2015 sebesar Rp231,17 triliun.
“Posisi laba bersih per Desember 2016 juga tumbuh 17,36% atau mencapai Rp2,09 triliun, dibanding posisi Desember 2015 sebesar Rp1,78 triliun,” ujar Agus di Jakarta kemarin.
Pertumbuhan bank syariah di Indonesia pada tahun lalu ditopang beberapa faktor, di antaranya bergabungnya Bank Aceh menjadi bank syariah sehingga menjadi spirit baru untuk terus memajukan industri syariah.
Dengan bergabungnya Bank Aceh, lanjut Agus, diharapkan market share perbankan syariah dapat mencapai 5%. Sementara itu, Direktur Utama BNI Syariah Imam T Saptono mengatakan, akan terus melakukan sinergi antarbank syariah untuk menggiatkan pergerakan perbankan syariah di Tanah Air. Menurutnya, sinergi antarbank syariah dibutuhkan untuk eksistensi bank syariah di Indonesia.
“Untuk itulah BNI Syariah hadir dengan membawa inovasi-inovasi untuk memajukan industri syariah,” ujar dia.
Imam menambahkan, pada akhir 2016 market share BNI Syariah terhadap industri perbankan syariah berhasil diraih sebesar 7,94% dengan memberikan kontribusi laba sebesar 13,23%. Tahun lalu BNI Syariah membukukan pertumbuhan positif dengan mencetak laba Rp277,37 miliar atau meningkat 21,38% dibanding Desember 2015 sebesar Rp228,52 miliar.
Kenaikan laba didukung oleh komposisi rasio dana murah (CASA) yang meningkat, yakni 47,63% lebih baik dari tahun sebelumnya sebesar 46,15%. Selain itu, BNK Syariah juga berhasil melakukan efisiensi dengan menurunkan biaya operasional (BOPO) menjadi 87,67% di mana sebelumnya sebesar 89,63%. Sementara, dana pihak ketiga BNI Syariah meningkat Rp24,23 triliun, tumbuh25,41% dari periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar Rp19,32 triliun.
Dia melanjutkan, dari segi aset BNI Syariah terus mengalami pergerakan positif, yakni posisi per Desember 2016 sebesar Rp28,31 triliun atau naik 23,01% dari posisi Desember 2015 sebesar Rp23,01 triliun. “Hal ini didukung dengan penyaluran pembiayaan sebesar Rp20,49 triliun,” ujarnya.
Laba Bersih BSM Capai Rp325,4 Miliar
Bank Syariah Mandiri (BSM) sepanjang 2016 membukukan lababersihsebesarRp325,4miliar atau naik 12,38% dibanding laba per Desember 2015 sebesar Rp289,6 miliar. Perolehan laba bersih tersebut selain berasal dari perbaikan kualitas aktiva produktif, juga ditopang oleh meningkatnya pendapatan bersih, pengendalian biaya overhead, serta penghematan biaya CKPN (cadangan kerugian penurunan nilai).
“Kami bersyukur karena kinerja perusahaan tumbuh positif. Kinerja perusahaan juga diapresiasi lembaga luar, termasuk Pemerintah melalui penunjukan BSM sebagai satu-satunya bank syariah yang menjadi gateway tax amnesty dan agen penjual sukuk tabungan,” kata Direktur Utama BSM Agus Sudiarto.
Dia melanjutkan, perseroan juga berhasil membukukan laba operasional sebelum beban PPAP/CKPN sebesar Rp1,60 triliun. “BSM juga memperkuat rasio pencadangan dengan membentuk biaya penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) sebesar Rp1,17triliun. Dengan demikian, rasio cash coverage meningkat menjadi 67,25% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 58,11%,” ungkap dia.
Sementara dari sisi kualitas aktiva produktif, BSM mencatatkan perbaikan non performing financing /NPF (gross ) dari 6,1% per Desember 2015 menjadi 4,9% per Desember 2016. Adapun NPF (nett ) turun dari 4,1% per Desember 2015 menjadi 3,1% per Desember 2016.
“Semoga tahun ini, kami bisa jaga NPF(gross ) di bawah sekitar 4,5%. BSM juga berhasil mengumpulkan recovery ex write off termasuk margin per Desember 2016 sebesar Rp537 miliar,” papar Agus.
Adapun total pendapatan bersih BSM per Desember 2016 naik sebesar 12,72% dari Rp4,40 triliun per Desember 2015 menjadi Rp4,96 triliun.
Senior Executive Vice President BSM Ade Cahyo Nugroho menambahkan, aset BSM mengalami kenaikan sebesar 12,03% (yoy) dari Rp70,4 triliun pada Desember 2015 menjadi Rp78,8 triliun. Menurut Cahyo, peningkatan aset ini ditopang oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 12,62% (yoy) dari Rp62,1 triliun per Desember 2015 menjadi Rp69,9 triliun per Desember 2016.
(Dani Jumadil Akhir)