Edi mengatakan, limbah plastik di Indonesia banyak di daur ulang menjadi benang, dakron, strip ban, kantong plastik, bahkan bekerja sama dengan ITB berencana memanfaatkan limbah plastik sebagai campuran aspal.
Dia mengatakan kebutuhan plastik di Indonesia masih sangat rendah baru mencapai 13 kilogram per kapita, sedangkan rata-rata ASEAN (Singapura, Malaysia, Thailand) sudah mencapai 60 kilogram per kapita. Kebutuhan plastik ini beragam mulai dari kemasan makanan dan minuman sampai dengan infrastruktur, pesawat udara, kapal, mobil, dan lain sebagainya.
Kalau ada anggapan plastik sebagai penyumbang kerusakan lingkungan, Edi mengatakan secara tegas sebagai hal yang keliru, bandingkan dengan kertas yang harus mengambil bahan baku dari pohon, atau gelas yang pembuatannya membutuhkan tenaga listrik yang besar, maka plastik lebih ramah lingkungan.
"Persoalannya kembali kepada masyarakat, sepanjang masih ada yang membuang sampah ke sungai, ke laut, atau tempat-tempat yang bukan semestinya jangan berharap pengelolaan sampah di Indonesia dapat berjalan efektif," ujar dia.
Edi mengatakan INAPLAS selama ini selalu memberikan edukasi kepada masyarakat baik itu kepada komunitas seperti Lions Club, maupun kepada siswa sekolah dengan tujuan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, terutama dengan mulai memilah-milah limbah serta membuang pada tempatnya.