MEDAN – Bank Indonesia (BI) mencatat terjadinya perlambatan pada pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara (Sumut) di triwulan I-2017. Ekonomi Sumut hanya tumbuh 4,5% pada triwulan I-2017 year on year (yoy). Padahal di triwulan sebelumnya ekonomi Sumut tumbuh hingga 5,25% (yoy).
Kinerja ekonomi Sumut di Triwulan I-2017 ini bahkan lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,01 % (yoy). Bahkan ekonomi Sumut tercatat di posisi terendah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Kepala Perwakilan BI Sumut Arief Budi Santoso mengatakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumut terutama disebabkan oleh perlambatan kinerja ekspor, khususnya antardaerah. Sementara ekspor luar negeri membaik.
“Ekspor luar negeri relatif membaik di tengah masih cukup baiknya harga terutama karet meski aktivitas manufaktur negara mitra dagang cenderung melandai yang disertai giatnya aktivitas proteksionisme negara mitra dagang. Sementara itu, kinerja permintaan domestik lebih tinggi dari perkiraan semula seiring dengan masih terjaganya daya beli masyarakat dan meningkatnya konsumsi pemerintah,” kata Arief di Medan, Selasa (23/5/2017).
Meski melambat, namun Arief mengaku kinerja ekonomi Sumut masih cukup optimis ke depannya. Hal itu karena dari sisi domestik, konsumsi yang menjadi pendorong ekonomi utama masih cukup kuat. Bahkan konsumsi masih lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Baik itu konsumsi swasta maupun konsumsi Pemerintah.
“Investasi sesuai polanya hanya sedikit menurun. Pelaku usaha mulai merealisasikan investasinya yang diindikasikan dari hasil liaison dan indeks pembelian barang tahan lama. Selain itu, kredit tumbuh cukup tinggi, khususnya kredit investasi. Kegiatan impor terutama impor luar negeri yang meningkat, juga mengindikasikan ekspektasi perbaikan ekonomi,” jelasnya.
Di sisi eksternal, kata Arief, ekspor masih tumbuh membaik. Hasil liaison juga menunjukkan permintaan luar negeri yang tetap stabil, bahkan beberapa perusahaan memandang kendala yang dihadapi adalah terbatasnya pasokan untuk memenuhi permintaan luar negeri. Menghadapi kondisi ekonomi global yang belum kuat, pelaku usaha berupaya untuk memperluas pasarnya ke negara-negara nontradisional. Sementara menurunnya ekspor antardaerah lebih disebabkan kondisi pasokan yang diperkirakan akan membaik di tengah masih tingginya ketergantungan antardaerah.
“Perekonomian Sumatera pada triwulan I 2017 diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 5,05,4% (yoy) seiring dengan peningkatan konsumsi karena masuknya bulan Ramadan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri serta realisasi belanja pemerintah yang diharapkan meningkat,” paparnya.
Untuk keseluruhan tahun (2017), kata Arief, kinerja perekonomian Sumatera Utara diperkirakan cenderung stabil, berada dalam kisaran 5, 0% (yoy) 5,496 (yoy). Perekonomian Sumatera Utara pada 2017 diperkirakan masih ditopang oleh perekonomian domestik dan perbaikan dari sisi sektor eksternal.
Perbaikan tersebut didorong oleh peningkatan aktivitas belanja pemerintah seiring dengan kenaikan keuangan pemerintah 2017. Selain itu, dari eksternal meningkatnya aktivitas manufaktur negara mitra dagang utama dan lebih tingginya harga komoditas khususnya karet dan CPO akan mendorong produktivitas industri pengolahan.
(Rizkie Fauzian)