JAKARTA - Tingkat daya beli masyarakat tengah lesu. Pelemahan ini disebabkan oleh ketidakpastian perekonomian, terutama perekonomian global.
Komisioner Independent Permata Bank Tony Prasetiantono menuturkan, kondisi perekonomian global sangat gamang, bahkan cenderung tidak dapat diprediksikan. Sebut saja, kata dia, Presiden Amerika Serikat akhirnya jatuh ke tangan Donald Trump yang diperkirakan akan mendapat suara lebih rendah daripada rivalnya, Hillary Clinton.
Tony menyebutkan contoh lain, yaitu harga minyak mentah dunia yang sangat fluktuatif. Pada 2007, harga minyak mentah mencapai USD70, lalu setahun berikutnya, bisa menjadi dua kali lipat yaitu sebesar USD147.
Saat harga minyak naik dua kali lipat, Tony menuturkan, banyak ekonom yang memprediksi harga minyak mentah bakal menyentuh USD200. Namun yang terjadi, dikatakan Tony, malah sebaliknya. Harga minyak terus merosot, bahkan pada Februari 2016, harga minyak hanya USD27.
Baca Juga:
Makin berjalan, harga minyak yang fluktuatif tak kunjung usai. Ketidakpastian harga minyak, hanya sekelumit contoh dari gamanya ekonomi global. Tony, mengatakan, ketidakpastian ini membuat masyarakat cenderung menahan konsumsi.
"Dalam situasi uncertainty, maka respons yang dilakukan consumer adalah yaitu lebih baik tahan diri. Hal ini tidak baik bagi ekonomi, artinya ngerem konsumsi. Saya rasa ekonomi tertekan, ke depan ada kemungkinan krisis. Itulah alasan kenapa penjualan barang-barang konsumen turun," kata Tony di Hotel Ritz Carlton, Jakarta Selatan, Rabu (2/8/2017).