Hal itu kata dia, kembali berlanjut di mana defisit agak sulit untuk dijaga pada kondisi yang sehat. Oleh karenanya itu menjadi fokus pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk lebih menjaga defisit. "Sekarang pada masa comodity boom lewat kita kembali defisit. Jadi bagaimana defisit dikelola pada level yang sehat," lanjutnya
Dia menambahkan, Indonesia amat perlu menjaga defisit. Sebab, angka defisit menjadi acuan bagi asing untuk menyalurkan dananya ke dalam negeri. Dengan begitu, maka pembangunan Indonesia dapat bergerak.
"Benchmark yang dipakai internasional itu jangan lebih dari 3%. Kalau negara maju seperti Amerika Serikat boleh defisit di atas 3% dari PDB, defisit ekspor impor barang dan jasanya boleh di atas 3% dari PDB. Tapi begitu bicara negara berkembang, kreditur internasional maunya negara berkembang harus defisitnya di bawah 3% apakah itu defisit APBN maupun ekspor impor barang dan jasa," terangnya.
Baca Juga:
"Itu kenapa kami di BI selalu bicara kita harus terus menjaga stabilitas. Alhamdulillah situasi stabilitas makro terus tunjukkan perbaikan setelah kita alami guncangan emerging market," pungkasnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)