JAKARTA - Lewat Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018, pemerintah mematok nilai tukar rupiah sebesar Rp13.500. Analis menilai angka tersebut merupakan formulasi terbaik saat ini.
"Ya kalau untuk tahun sekarang karena memang kan kondisinya tidak lagi seburuk tahun-tahun sebelumnya ya, waktu terjadi berita-berita kenaikan Fed Fund Rate itu kan luar biasa, 2015-2016 Rupiah bergejolak luar biasa," kata Pengamat Pasar Uang Farial Anwar ketika dihubungi Okezone di Jakarta.
Selama kondisi internal maupun eksternal tidak mengalami gangguan, dia menilai Bank Indonesia mampu menjaga Rupiah di level tersebut.
"Sebelumnya ada brexit dan lain sebagainya, itu. Tapi kalau tahun ini kan relatif sudah berkurang ya. Guncangan dan gangguan dari faktor eksternal sudah mulai berkurang, ekonomi global juga ada kecenderungan membaik," terangnya.
Baca Juga:
Soal Kurs Rupiah di RAPBN 2018, BI: Kita Nyaman dengan Rate Rp13.500/USD
Pertumbuhan Ekonomi di RAPBN 2018 5,4%, BI: Proses Pemulihan Ekonomi Terus Berlanjut
Namun, dari yang sudah-sudah, lanjut Farial, Asumsi Makro tidak pernah benar-benar sama persis dengan realitanya. Banyak hal yang dapat memengaruhi Asumsi Makro termasuk bagi nilai tukar Rupiah.