JAKARTA - Belakangan ini Rupiah mengalami tren penguatan terhadap USD. Berdasarkan kacamata Bank Indonesia (BI), hal ini lantaran pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) tak sepesat yang sebelumnya diperkirakan.
"Kan kalau dilihat trennya itu mata uang itu kami bicara dari awal tahun itu kan ada kekhawatiran ekonomi AS tumbuh lebih cepat dari perkiraan," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara ditemui di Kompleks BI, Jakarta, Jumat (8/9/2017).
Akibat adanya perkiraan bahwa ekonomi AS tumbuh dengan pesat, maka muncul spekulasi kalau suku bunga AS akan naik dengan lebih cepat.
Baca Juga: Investor Ragukan Kenaikan Fed Rate, Dolar Bergerak Mixed
"Karena (ekonomi AS) diperkirakan lebih cepat dari perkiraan maka suku bunga AS naik lebih cepat dari perkiraan. Tapi kan ternyata ekonomi AS tumbuh bagus tapi tidak secepat perkiraan. Agak melandai. Inflasi di AS melandai di bawah 2%," jelasnya.
Awalnya, jelas Mirza, sejak awal tahun AS diduga bakal menaikan Fed Rate hingga naik 4-5 kali. Namun, sejauh ini AS baru menaikan suku bunga sebanyak 3 kali. Bahkan sejauh ini, pihaknya melihat bahwa AS agaknya sulit untuk kembali menaikan suku bunganya dalam waktu dekat.
"Desember nanti change untuk naik sudah 25 bps. Itu membuat dolar AS kurang menarik karena suku bunganya tidak jadi naik dan ekonomi AS tidak tumbuh lebih tinggi dari perkiraan. Itu semua membuat tren pembalikan, ekspektasi orang terhadap dolar AS. Dolar AS terhadap mata uang global menurun," lanjutnya.