YOGYAKARTA - Asosiasi Pengembang Rumah Sederhana Sehat Nasional (Apernas) akan membangun rumah bersubsidi sebanyak 1.000 unit hingga 2019 nanti. Pembangunan rumah akan dilakukan di wilayah Kulon Progo dan sekitar Purworejo, Jawa Tengah.
Ketua Apernas DIY Ari Widayanto menjelaskan alasan pengembangan perumahan di wilayah tersebut. Selain harga tanah yang masih cukup terjangkau, juga karena dibangun Bandar Udara di Kulon Progo sebagai pengganti Adisutjipto Yogyakarta.
"Pembangunan di perbatasan Kulon Progo dan Purworejo ini sebagai antisipasi penyediaan pemukiman saat bandara baru nanti dibuka," katanya usai bertemu Sultan Hamengku Buwono X di Kepatihan, Yogyakarta, Senin (30/10/2017).
Baca juga: Mantap! Jalan Penghubung Bandara Yogyakarta-Candi Borobudur Beroperasi 2019
Ari membandingkan harga tanah yang cukup tinggi di wilayah Sleman dan Bantul. Harga yang sudah melambung tinggi, cukup sulit membangun rumah bersubsidi di wilayah tersebut.
"Kalau harga di Kulon Progo dan Purworejo sana masih memungkinkan untuk dibangun rumah murah bersubsidi, dibandingkan dengan Sleman dan sebagian wilayah Bantul," katanya.
Harga untuk rumah subsidi itu sudah ditentukan pemerintah, yakni 130 juta. Pihaknya juga sudah memulai 270 rumah di Pleret, Bantul. Kemudian, 120 unit rumah susun sederhana milik (rusunami) di Depok, Sleman pada awal 2018 nanti.
"Ke depan pembangunan sepenuhnya akan kita arahkan ke Kulon Progo terutama di daerah yang masih terjangkau jaraknya dari bandara baik di bagian barat maupun utara," katanya.
Begitu juga di sebagian wilayah Bantul, juga sudah dilirik untuk dibangun perumahan. Sementara di Sleman juga cukup seksi, namun terbentur harga tanah yang cukup tinggi.
"Untuk Sleman, jika memang tersedia lahan dengan harga yang cocok, konsep rumah susun juga menarik untuk dikembangkan," tandasnya.
Baca juga: Bandara Kulonprogo Akan Putus Jalur Jalan Selatan Jawa
Dibangun dengan type 30 dan luas tanah 60 meter persegi untuk rumah tapak dan type studio berukuran 20 meter persegi untuk rusunami, proyek ini sepenuhnya diperuntukkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Dosen Fakultas Teknik Universitas Islam Indonesia (UII) Sarwidi yang dilibatkan dalam pengembangan rumah murah menyatakan kawasan selatan terutama Bantul sejak gempa 2006 memang dijauhi pengembang. Pihaknya berharap agar pengembang meliriknya.
"Kualitas harus diutamakan, tetapi dengan harga yang cukup terjangkau," katanya.
(Rizkie Fauzian)