JAKARTA – Jelang tutup tahun 2017, pemerintah memacu penyelesaian tiga perundingan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif atau Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).
Perundingan tersebut, yaitu Indonesia-Chili CEPA (ICCEPA), Indonesia-European Free Trade Association/EFTA CEPA (IE-CEPA), serta Indonesia- Australia CEPA (IA-CEPA).
“Menjelang akhir tahun, ketiga perundingan dikebut agar dapat diselesaikan sesuai target,” ujar Direktur Perundingan Bilateral sekaligus Sekretaris pada ketiga perundingan tersebut, Ni Made Ayu Marthini, melalui keterangan tertulis. Perundingan Indonesia dengan Chili dalam IC-CEPA putaran ke-6 berlangsung pada 6- 10 November 2017.
Indonesia dan Chili sepakat bahwa ICCEPA dimulai secara bertahap dengan perjanjian barang (trade in goods ) terlebih dahulu. Kemudian berlanjut ke perjanjian investasi, jasa, atau lainnya sesuai dengan perkembangan pada kemudian hari. Sementara itu, putaran ke-13 perundingan Indonesia dengan EFTA (IE-CEPA) bergulir pada 7-10 November 2017. Perundingan IE-CEPA merupakan perundingan CEPA secara penuh. Artinya perdagangan jasa dan investasi juga menjadi isu yang dirundingkan.
Ketua Perunding Indonesia untuk IE-CEPA Soemadi DM Brotodiningrat menyatakan, walaupun perundingan IECEPA diupayakan selesai sesuai target, bukan berarti asal sepakat. Kedua pihak menginginkan perjanjian kredibel dan saling menguntungkan.
“Isu-isu utama yang masih memerlukan diskusi lebih lanjut adalah akses pasar untuk perdagangan barang, jasa, dan investasi. Selain itu, EFTA juga menaruh perhatian besar terhadap perlindungan kekayaan intelektual, sementara Indonesia akan mendorong isu akses tenaga kerja dan kerja sama,” kata Soemadi.