JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti persoalan daya beli masyarakat yang selama beberapa waktu ke belakang dianggap melemah atau melambat. Pasalnya, beberapa toko ritel ternama sudah mulai menutup gerai mereka akibat pelemahan daya beli tersebut.
Jokowi mengatakan bahwa pola konsumsi masyarakat saat ini telah banyak berubah yang mana hal itu membuat seolah-olah daya beli masyarakat melemah. Padahal kata Jokowi yang terjadi kebanyakan dipengaruhi perubahan pola konsumsi.
"Kita enggak sadar sekarang memang banyak model bisnis baru sehingga pola konsumsi berubah," kata Jokowi dalam acara pertemuan tahunan Bank Indonesia (BI), di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (28/11/2017).
Baca Juga: Survei BI Sebut Penjualan Eceran Melambat, Pertumbuhan Ritel Ikut Melemah
Namun, dia tidak memungkiri bahwa terjadi pelemahan daya beli jika mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat konsumsi rumah tangga melambat pada kuartal III 2017 menjadi 4,93% dari 4,95% pada kuartal sebelumnya.
"Kalau lihat data saat itu konsumsi rumah tangga sekarang 4,93%. Ini lah profil yang ada, karena memang sekarang beda. Kita lihat ekonomi dunia dulu tumbuh sampai 5% sekarang 3 koma. China 12% sekarang 6 koma. Ini perbedaan yang harus kita pahami agar dalam ambil kebijakan kita tidak salah karena memang angkanya beda," jelasnya.
Baca Juga: Sektor Ritel Terus Melambat, 10 Ribu Orang Terancam Kehilangan Pekerjaan Tahun Depan
Terkait perubahan pola konsumsi, Jokowi mengatakan bahwa saat ini masyarakat lebih gemar belanja hal-hal yang bersifat memberikan pengalaman semisal berwisata. Jadi konsumsi produk-produk fisik menurun. Ditambah kehadiran e-commerce juga berpengaruh.
"Dulu orang senang belanja ke mal, toko. Sekarang orang konsumsi dunia wisata, suka pelesiran. Shifting ini harus kita pahami bahwa ada perubahan, ada pergeseran juga offline ke online. ini perubahan yang mau tidak mau harus kita terima," tandasnya.
(Martin Bagya Kertiyasa)