SNI Baru 100 Barang, Indonesia Kalah Jauh dari Thailand

Anisa Anindita, Jurnalis
Jum'at 01 Desember 2017 15:07 WIB
Ilustrasi SNI. (Foto: Okezone)
Share :

JAKARTA - Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan Thailand dalam hal sertifikasi dan standarisasi industri. Hal ini akibat rendahnya kesadaran akan pentingnya standarisasi bagi produk-produk industri yang telah dihasilkan serta minimnya jumlah laboratorium uji produk di dalam negeri.

General Manager PT Qualis Indonesia Calvin Satyanandi mengatakan, saat ini Indonesia baru menerapkan standar nasional atau biasa dikenal dengan SNI untuk 105 item produk. Sedangkan negara industri pesaing Indonesia, yaitu Thailand, sudah menerapkan standar untuk 1.000 item produk yang beredar di negara tersebut.

"Kita kalah dengan negara lain, SNI kita baru 100-an item, sedangkan Thailand saja sudah 1.000 item. Selain itu, di BSN (Badan Standarisasi Nasional) kualitasnya (pengujian) juga masih rendah," ungkap dia melalui keterangan di Jakarta, Jumat (1/12/2017).

"Ini bukti masyarakat kita tidak peduli terhadap SNI. Ini coba kita kembangkan karena dengan SNI sebenarnya bisa meningkatkan kualitas produk nasional," tambahnya.

Selain kalah dengan Thailand, standarisasi produk industri ini Indonesia juga masih tertinggal dibandingkan dengan Malaysia dan China. Sebagai perbandingan, jumlah laboratorium uji produk di China telah mencapai ribuan laboratorium. Sedangkan di Indonesia masih berjumlah puluhan laboratorium.

"Dibandingkan Malaysia, China, kita juga kalah karena dari industri tidak mendukung dan infrastrukturnya. Di China laboratoriumnya ada ribuan dan itu milik swasta. Tapi di Indonesia dominasinya hanya pemerintah, sekitar 80 laboratorium," kata dia.

Menurut Calvin, rendahnya standarisasi ini juga berdampak pada potensi ekspor produk Indonesia. Sebab, untuk memasuki pasar ekspor, suatu produk dituntut untuk memenuhi standar tertentu, khususnya terkait dengan kesehatan dan lingkungan.

"(Menghambat ekspor?) Salah satunya begitu, para eksportir ini juga kan harus tes di negara asal. Jdi kalau luar negeri lab di kelola swasta. Kalau di Indonesia swasta ini lihat bisnisnya. Kalau tidak ada bisnisnya, mereka (investor) tidak mau masuk. Karena investasi laboratorium kan besar sekali," ungkap dia.

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya