SYDNEY – Bitcoin kembali naik dan mencapai level USD9.600, setelah sebelumnya merosot hingga 15% dari kenaikan tertingginya selama satu minggu ini. Hal ini terjadi karena beberapa investor memperingatkan bubble pada mata uang cryptocurrency tersebut.
Bitcoin mengalami penurunan sebesar 2,8% ke USD9,612 di awal perdagangan Asia, di bursa Bitstamp yang berada di Luksemburg, dari rekor teringginya sebesar USD11.395. Setelah itu, Bitcoin kembali turun sehari setelahnya ke USD9.000.
Baca Juga: Satgas Waspada Investasi Minta Waspadai "Janji Manis" Berkedok Bitcoin
Namun, dalam beberapa bulan terakhir Bitcoin mengalami kenaikan hampir 1.100% (year to date). Seorang Manajer Investasi mengatakan, analisis chart secara teknikal diprediksi akan jatuh lebih jauh.
“Pembetulan dapat membawa Bitcoin kembali ke level sebelumnya dari grafik support sekitar USD7.500. Ini melebihi penurunan yang terjadi sebesar 20% dari harga sebelumnya,” ujar penasihat ekuitas dan derivative di ASR Wealth Shane Chanel.
Baca Juga: Cetak Rekor Baru, Harga Bitcoin Tembus Rp108 Juta
“Tanpa utilitas sehari-hari, dan hanya spekulasi murni yang mendorong harga saat ini. Pedagang terpaksa menggunakan indikator teknis untuk membuat keputusan jual beli,” sambungnya.
Kenaikan Bitcoin ini sekaligus menegaskan bahwa investor perlahan tertarik pada mata uang digital, dibarengi dengan meningkatnya kesadaran masyarakat.
Namun, kenaikan Bitcoin yang terlalu cepat telah memicu kekhawatiran dari investor lantaran adanya potensi gelembung di aset digital tersebut. Deputi Gubernur Bank of England pada hari Rabu mengatakan bahwa investor harus melakukan pekerjaan rumah mereka sebelum melakukan investasi dalam mata uang digital.
Beberapa bursa besar termasuk Nasdaq, CBOE Holdings dan CME Group, bursa derivatif terbesar di dunia, mengatakan bahwa mereka berencana memberikan kontrak berjangka berdasarkan Bitcoin.
Meskipun mengalami penurunan yang besar minggu ini, bitcoin masih berakhir di 54,6% lebih tinggi pada November. Kinerja terbaiknya pada bulan itu sejak kenaikan yang mendekati 66% di bulan Agustus.
Cryptocurrency mencatat kerugian bulanan hanya tiga kali pada 2017. Seorang pengamat industri memperkirakan kenaikan lebih lanjut terjadi pada saat permintaan terjadi karena Bitcoin diatur untuk melampaui pasokan.
(Dani Jumadil Akhir)