LONDON - Harga minyak mentah mencapai level tertinggi di awal perdagangan tahun ini, namun turun dan menetap sedikit lebih rendah. Jaringan pipa utama di Libya dan Inggris yang kembali beroperasi serta produksi minyak Amerika yang melonjak ke tingkat tertinggi dalam lebih dari empat dekade, menjadi penghambat minyak.
Ini adalah pertama kalinya sejak Januari 2014 dua tolok ukur minyak mentah dibuka di atas USD60 per barel. Harga didukung oleh demonstrasi anti-pemerintah yang besar di Iran, dan pemotongan pasokan yang dipimpin oleh OPEC dan Rusia.
Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI), CLc1 melemah 5 sen menjadi USD60,37 per barel. Pada awal perdagangan WTI mencapai USD60,74 per barel, level tertinggi sejak Juni 2015.
Sementara harga minyak mentah Brent LCOc1, patokan internasional, melemah 30 sen atau 0,5% ke USD66,57 per barel. Brent mencatat tingkat tertinggi USD67,29 per barel, tertinggi sejak Mei 2015. Penyebaran antara minyak mentah AS dan Brent WTCLc1-LCoc1 mencapai titik terendah dalam hampir dua mingguan.
Sistem pipa di Laut Utara kembali beroperasi penuh pada 30 Desember, dengan kapasitas 450.000 barel per hari (bpd), setelah sebuah penutupan yang tidak direncanakan. Perbaikan pipa minyak Libya yang rusak akibat serangan dan produksi sudah dimulai ulang secara bertahap.
Iran adalah produsen minyak mentah terbesar ketiga OPEC. Industri minyak dan sumber pelayaran Iran mengatakan bahwa demonstrasi tersebut tidak berdampak sejauh pada produksi minyak atau ekspor.
Harga minyak telah didukung oleh penurunan produksi yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan Rusia. Persediaan minyak mentah AS telah turun hampir 20% dari puncak tertinggi mereka menjadi 431,9 juta barel.
Oktober produksi minyak mentah AS naik 167.000 barel per hari menjadi 9,64 juta bpd, menurut laporan produksi bulanan AMDAL. Jika angka tersebut tidak direvisi bulan depan, maka akan menjadi level bulanan tertinggi sejak Mei 1971.
(Martin Bagya Kertiyasa)