Kementerian PUPR Bangun Penampungan Air Bersih 1.000 Liter/Detik di Asmat

Giri Hartomo, Jurnalis
Selasa 06 Februari 2018 20:22 WIB
Ilustrasi Instalasi Air Bersih. (Foto: Okezone/Dede)
Share :

JAKARTA - Presiden Joko Widodo mendapatkan kartu kuning dari Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia Zaadit Taqwa. Hal tersbut terjadi ketika acara Dies Natalis UI yang ke-68.

Salah satu tujuan dari pemberian hadiah kartu kuning dari Zaadit kepada Presiden Jokowi adalah agar pemerintah pusat untuk menyelesaikan banyaknya kasus gizi buruk di Asmat, Papua. Kasus gizi buruk yang terjadi di suku Asmat Papua karena terbatasnya infrastukutur seperti air bersih dan jalan yang ada disana.

Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Sri Hartoyo mengatakan, untuk menangani masalah yang ada di Kabupaten Asmat, pihaknya akan mengoptimalisasi infrastruktur air bersih dan sanitasi. Pasalnya, ketersediaan air baku pada kabupaten Asmat diakuinya cukup sulit.

"Sebagai gambaran disana (Asmat) itu tinggal di rawa rawa buang air besarnya langsung ke bawah anak anak enggak pakai sendal makanya kita masuk untuk air minum dan sanitasi," ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian PUPR, Jakarta, Selasa (6/2/2018).

Baca Juga: Dana Pensiun Akan Digunakan untuk Biayai Pembangunan Infrastruktur

Nantinya, lanjut Sri, pihaknya akan melakukan penambahan air bersih dari penampungan hujan dan sumur bor. Hal itu untuk menampung dan mendistribusikan pasokan air bersih yang jumlahnya mencapai 1.000 liter per detik.

"Sudah ada sistem tahun ini akan kita optimalisasi pelayanannya bisa membaik. Dan laporannya itu memang saya belum terima karena baru kemarin mereka pulang. Pokonya kita akan tangani secara integrasi," jelasnya.

Terpisah, Direktur Keterpaduan Infrastruktur Pemukiman Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Dwityo Akoro Soetanto mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan adanya gizi buruk yang terjadi di Kabupaten Asmat Papua. Salah satunya adalah masalah lingkungan yang tidak sehat.

"Di Asmat itu bahwa ada gejala kejadian luar biasa yang menyebabkan beberapa korban disana terkait campak dan kekurangan gizi yang inti permasalahannya mirip mirip dengan stunting. Penyebabnya ada beberapa. Pertama terjadi pada 1.000 hari pertama sejak usia kandunga jadi ibunya kekurangan informasi gizi," jelasnya.

Baca Juga: Atasi Stunting, Kementerian PUPR Sediakan Dana Rp50 Miliar

"Kedua minimnya akses untuk imunisasi dan yang ketiga adalah makanan, kebanyakan mereka itu memberikan makanan dari kuantitasnya. Dan yang terakhir adalah lingkungan yang tidak sehat," tambah dia.

Khusus untuk poin nomor empat, lanjut Dwityo, pihaknya akan fokus untuk kembali menggenjot penyediaan air bersih dan sanitasi yang berbasis masyarakat (Pamsimas). Bahkan, program ini sudah mulai tersedia di 12 distrik dari 16 distrik yang ada di Kabupaten Asmat Papua.

Namun meskipun tersedia, perluasan penanganan lanjutan untuk penyediaan sanitasi. Karena meskipun pasokan air bersih sudah banyak jika sanitasi tidak akan berpengaruh banyak mengurangi gizi buruk.

"Kita sudah ada program Pamsimas. Kita sudah beberapa program dibeberapa distrik. Dari 15 distrik yang ada di kabupaten Asmat ada dua belas lokasi yang sudah ada 12 lokasi. Dari 12 lokasi Pamsimas kita memerlukan penanganan sanitasinya sebagai lanutan . Karena perlu lanjutan sanitasi. Kalau air bersih tapi sanitasinya enggak beres sama saja," jelasnya.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya