JAKARTA - Presiden Joko Widodo mendapatkan kartu kuning dari Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia Zaadit Taqwa. Hal tersbut terjadi ketika acara Dies Natalis UI yang ke-68.
Salah satu tujuan dari pemberian hadiah kartu kuning dari Zaadit kepada Presiden Jokowi adalah agar pemerintah pusat untuk menyelesaikan banyaknya kasus gizi buruk di Asmat, Papua. Kasus gizi buruk yang terjadi di suku Asmat Papua karena terbatasnya infrastukutur seperti air bersih dan jalan yang ada disana.
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Sri Hartoyo mengatakan, untuk menangani masalah yang ada di Kabupaten Asmat, pihaknya akan mengoptimalisasi infrastruktur air bersih dan sanitasi. Pasalnya, ketersediaan air baku pada kabupaten Asmat diakuinya cukup sulit.
"Sebagai gambaran disana (Asmat) itu tinggal di rawa rawa buang air besarnya langsung ke bawah anak anak enggak pakai sendal makanya kita masuk untuk air minum dan sanitasi," ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian PUPR, Jakarta, Selasa (6/2/2018).
Baca Juga: Dana Pensiun Akan Digunakan untuk Biayai Pembangunan Infrastruktur
Nantinya, lanjut Sri, pihaknya akan melakukan penambahan air bersih dari penampungan hujan dan sumur bor. Hal itu untuk menampung dan mendistribusikan pasokan air bersih yang jumlahnya mencapai 1.000 liter per detik.
"Sudah ada sistem tahun ini akan kita optimalisasi pelayanannya bisa membaik. Dan laporannya itu memang saya belum terima karena baru kemarin mereka pulang. Pokonya kita akan tangani secara integrasi," jelasnya.
Terpisah, Direktur Keterpaduan Infrastruktur Pemukiman Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Dwityo Akoro Soetanto mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan adanya gizi buruk yang terjadi di Kabupaten Asmat Papua. Salah satunya adalah masalah lingkungan yang tidak sehat.
"Di Asmat itu bahwa ada gejala kejadian luar biasa yang menyebabkan beberapa korban disana terkait campak dan kekurangan gizi yang inti permasalahannya mirip mirip dengan stunting. Penyebabnya ada beberapa. Pertama terjadi pada 1.000 hari pertama sejak usia kandunga jadi ibunya kekurangan informasi gizi," jelasnya.
Baca Juga: Atasi Stunting, Kementerian PUPR Sediakan Dana Rp50 Miliar
"Kedua minimnya akses untuk imunisasi dan yang ketiga adalah makanan, kebanyakan mereka itu memberikan makanan dari kuantitasnya. Dan yang terakhir adalah lingkungan yang tidak sehat," tambah dia.