Dia menambahkan, di kota-kota yang masuk deretan lingkungan digital tersebut sejumlah perusahaan besar secara aktif bermain di ekosistem lokal, mulai dari raksasa teknologi Amazon, Google, Microsoft, SAP, Qualcomm, dan Cisco.
Di Banglore misalnya para raksasa teknologi itu mensponsori akselerator termasuk perusahaan multinasional asal India seperti Tata Group dan Mahindra & Mahindra. Kemunculan perusahaanper usahaan berbasis digital juga menumbuhkan struktur dan keterlibatan perusahaan multinasional di kota itu, termasuk kehadiran perusahaan venture capital (VC) dan perbankan investasi.
Kondisi tersebut membantu menjadikan Bangalore sebagai magnet bagi talenta teknologi di India. Shah menyebut maraknya lingkungan digital di tiga kota India itu memicu entrepreneurship pada para pebisnis.
Meski demikian, kondisi ini tidak dialami pemerintah lokal. ”Tak ada yang dilakukan secara proaktif oleh pemerintah untuk membantu transformasi digital. Hal terbaik yang dilakukan pemerintah di sana ialah menjaga jarak,” papar Shah. Kebijakan dan inisiatif pemerintah kota memang memiliki pengaruh dalam lingkungan untuk transformasi digital.
Amsterdam Smart City (ASC) menjadi contoh model kemitraan publik-privat untuk digitalisasi kota. Pendiri firma konsultan bisnis kecil Startup-4City, Daria Batukhtina, mengaku yakin kesuksesan ASC karena langkah pemerintah kota sebagai kepala fasilitator menyatukan semua pihak dalam trans formasi digital dan membuat mereka bekerja sama.
Direktur dan CEO Institute of Systems Science di National University of Singapore Chan Meng Khoong yakin peran aktif pemerintah dalam mensponsori dan mendanai inovasi digital serta entrepreneurship me ningkatkan derajat kepercayaan antara pemerintah dan sektor swasta.
Presiden Direktur Telkom Telstra Erik Meijer menjelaskan, laporan itu menunjukkan tingginya kepercayaan terhadap Jakarta yang masuk dalam peringkat 10 besar. Menurut Meijer, agar transformasi digital sukses, dukungan eksternal yang kuat diperkuat.
”Sangat menjanjikan melihat para pemimpin bisnis di Jakarta optimistis tentang kemampuan kota mereka membantu membuka potensi digital organisasi mereka. Beberapa optimisme ini tampaknya muncul dari pertumbuhan ekosistem digital Jakarta, serta pemerintahan nasional yang ramah bisnis serta serius mendorong entrepreneurship digital,” kata Meijer, dikutip digitalnewsasia.com.
Meijer menambahkan, selama 10 tahun terakhir Indonesia dan Jakarta khususnya memiliki perkembangan bagus dalam pembangunan sektor bisnis digital. Jika kota-kota besar lain seperti Tokyo, Hong Kong, dan Singapura memiliki indeks kepercayaan yang lebih rendah, itu karena kota-kota tersebut telah mencapai kemajuan besar sehingga ekspektasi para pemimpin bisnis menurun.
”Hasil laporan ini menunjukkan posisi Jakarta sebagai pusat ekosistem bisnis digital di Indonesia sehingga tidak dapat diremehkan dan kita perlu mendorong posisi ini lebih lanjut untuk mencapai target menjadi pusat ekonomi digital global pada 2020,” papar Meijer.
Para eksekutif bisnis di Jakarta yakin dengan dukungan pemerintah daerah yang akan memainkan peran positif dalam mengembangkan ekosistem digital dalam tiga tahun mendatang.