JAKARTA - PT Waskita Karya (Persero) Tbk usai menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) tahun buku 2017 di Gedung Waskita, Jakarta. Dalam rapat tersebut, para pemagang saham sepakat untuk melakukan perombakan struktur organisasi.
Pada struktur organisasi yang baru ini, para pemegang sama merombak enam dari tujuh direksi yang ada. Salah satunya mengangkat I Gusti Ngurah Putra sebagai Direktur Utama PT Waskita Karya yang baru menggantikan M. Choliq.
Deputi Bidang Usaha Konstruksi dan Sarana dan Prasarana Perhubungan (KSPP) Kementerian BUMN Ahmad Bambang mengatakan, alasan Kementerian BUMN memilih I Gusti Ngurah Putra sebagai Direktur Utama Waskita karena pengalamannya. Apalagi, sebelumnya Gusti juga menjabat sebagai Direktur Hutama Karya (Persero)
"Pertimbangannya dia (I Gusti Ngurah Putra) juga kan Dirut di Hutama Karya," ujarnya saat ditemui di Gedung Waskita, Jakarta, Jumat (6/4/2018).
Baca Juga : Pengakuan Dosa Mantan Bos Waskita atas Banyaknya Kecelakaan Proyek
Menurut pria yang biasa disapa Abe, I Gusti Ngurah Putra juga dinilai sukses memimpin Hutama Karya. Hal tersebut terlihat dari kinerja perusahaan pada tahun ini yang terus mengalami peningkatan.
"Dia (I Gusti Ngurah Putra) di Hutama Karya juga kan bagus," ucapnya.
Menurut Abe, dari sisi financial Hutama Karya mulai mencatatkan peningkatan yang cukup signifikan. Selain itu, di bawah tangan dinginnya, Hutama Karya juga menjelma sebagai BUMN Karya yang profesional dalam mengelola proyek.
"Kamu lihat saja kinerjanya Hutama Karya. Hutama liat saja dari sisi financialnya. Kemudian performanya," jelasnya.
Baca Juga : Waskita Karya Bagi-Bagi Dividen 2017 Rp776 Miliar
Belum lagi lanjut Abe, di bawah tangan dinginnya Hutama Karya juga dinilai sangat tanggap terhadap kecelakaan yang konstruksi pada proyek Double-Double Track (DDT) yang terjadi beberapa waktu lalu. Hak tersebut terbukti dengan langsung mengganti kepala proyek karena keteledoran tersebut.
"Terakhir memang soal kecelakaan cuma satu. Dan itu yang bagusnya dia langsung action. Kepala proyeknya langsung di ganti. Dan yang kedua adalah korbannya langsung diurus. Dia enggak ngurus kerjaan dulu tapi ngurus manusianya dulu. Nah itu yang kita butuh orang-orang gini," jelasnya.
(feb)
(Rani Hardjanti)