IMF Catat Utang Global Sudah Capai Rekor Tertinggi Sepanjang Masa

Martin Bagya Kertiyasa, Jurnalis
Kamis 19 April 2018 14:55 WIB
World Bank. (Foto: Reuters)
Share :

JAKARTA - International Monetery Fund (IMF) mencatat utang global telah mencapai level tertinggi yang pernah ada. Oleh karena itu, para pemerintah harus mengambil tindakan untuk mengurangi utang mereka, saat mereka masih berjalan dengan baik.

Monitor Fiskal IMF mencatat, total utang secara global saat ini telah mencapai rekor USD164 triliun pada tahun 2016, sebesar 225% dari produk domestik bruto perekonomian dunia. Tingkat utang itu 12% lebih tinggi daripada tingkat historis pada 2009, saat terjadinya krisis keuangan global.

Direktur Departemen Fiskal IMF, Vitor Gaspar, mengatakan dengan tingginya tingkat utang tersebut, pemerintah di seluruh dunia harus membangun buffer dan memangkas tingkat utang publik, untuk menghadapi tantangan yang tidak dapat dihindarkan datang di masa depan.

"Karena ekonomi membaik. Ini saat yang tepat untuk dapat membangun penyangga dan ketahanan," kata Gaspar seperti dilansir dari CNBC, Kamis (19/4/2018).

Baca Juga: Peringkat Utang Indonesia Naik, Dana Asing Masuk Akan Meningkat

IMF mencatat, utang di negara maju jauh melebihi tingkat utang di negara berkembang. Menurut laporan IMF, rata-rata utang untuk negara maju mencapai 105% dari PDB.

Sementara untuk ekonomi berpendapatan menengah, secara rata-rata utang masih sekira 50% dari PDB. Sedangkan utang untuk negara-negara berpenghasilan rendah, telah mengalami kenaikan rasio utang terhadap PDB di atas 40% tahun lalu.

Gaspar mengatakan, IMF telah memperkirakan bahwa rasio utang terhadap PDB untuk negara maju, dengan pengecualian AS, diperkirakan menurun pada periode yang berakhir pada 2023.

"Amerika Serikat adalah satu-satunya negara di mana rasio utang terhadap PDB publik diperkirakan akan naik, dari 108% PDB pada 2017 menjadi 117% pada 2023," katanya

Baca juga: Moody's Upgrade Rating Indonesia, World Bank : Ada Perbaikan Fundamental

Menurut dia, kenaikan utang ini tidak terlepas dari rencana pengeluaran yang disahkan oleh Kongres dan pemotongan pajak baru-baru ini.

Secara terpisah, Laporan Stabilitas Keuangan Global organisasi, yang dirilis awal bulan ini, menyatakan bahwa risiko stabilitas keuangan jangka pendek telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir karena meningkatnya volatilitas pasar saham. Ketegangan perdagangan dan geopolitik yang meningkat juga disebut sebagai sumber peningkatan risiko jangka pendek.

Laporan itu juga merekomendasikan bahwa pemerintah di seluruh dunia mengambil langkah untuk mengatasi risiko, meskipun kondisi ekonomi global masih menguntungkan. Meski begitu, jalan di depan mungkin akan bergelombang.

(Martin Bagya Kertiyasa)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya