JAKARTA - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) telah menyalurkan kredit sebesar Rp703 triliun pada akhir Maret lalu atau naik 7,1% secara year on year (YoY) dari penyaluran kredit pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp656,2 triliun.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, dari total penyaluran kredit tersebut, kontribusi pembiayaan produktif sebesar 77,5% dari total portofolio kredit (bank only).
"Kinerja baik tersebut pun berhasil mendongkrak nilai aset perseroan menjadi Rp 1.098,2 triliun pada akhir triwulan I 2018, tumbuh 6,2% secara yoy,” kata Kartika dalam paparan publik Laporan Keuangan Kuartal I 2018 di Plaza Mandiri, Jakarta, Selasa (24/4/2018).
Baca Juga : Laba Bersih Bank Mandiri Capai Rp5,9 Triliun di Kuartal I-2018, Naik 43,7%
Menurut Kartika, perseroan berhasil memperbaiki kualitas kredit yang terlihat dari penurunan rasio Non Performing Loan (NPL) dari 3,98% pada Triwulan I-2017 menjadi 3,32% pada Triwulan I-2018.
"Penurunan NPL mampu memangkas alokasi biaya pencadangan perseroan menjadi Rp3,8 triliun dari Rp5,4 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya," kata dia.
Kartika menambahkan bahwa peningkatan kredit produktif tercermin dari penyaluran kredit investasi yang naik 6,4% yoy menjadi Rp199,7 triliun dan kredit modal kerja yang mencapai Rp276,5 triliun.
Sementara itu, untuk laba bersih Bank Mandiri membukukan sebesar Rp5,9 triliun pada triwulan I 2018 atau tumbuh 43,7% secara year on year (yoy). Pencapaian tersebut terutama didorong oleh pendapatan operasional selain bunga atau fee based income yang berhasil tumbuh signifikan sebesar 14,7% YoY mencapai Rp6,0 triliun. Di sisi lain, secara keseluruhan biaya operasional terkendali tumbuh single digit.
Pertumbuhan laba secara bisnis dikontribusikan oleh dua segmen utama, yakni Corporate dan Retail, terutama kredit micro dan consumer. Pada akhir Maret 2018, pembiayaan segmen large corporate mencapai Rp20,9 triliun, tumbuh 8,9% yoy, kredit mikro tumbuh 22,6% yoy menjadi Rp85,6 triliun, dan kredit consumer tumbuh 14,7% YoY mencapai Rp79,8 triliun.
Baca Juga : Bank Mandiri Kucurkan Rp2,5 Triliun untuk Biayai Ruas Tol Semarang-Batang
“Sebagai bank BUMN, kami terus menjaga konsistensi dalam mendukung program-program strategis pemerintah untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan mendorong pemerataan pembangunan,” kata Kartika.
(feb)
Contoh nyata dukungan tersebut terlihat melalui kinerja perseroan dalam penyaluran kredit infrastruktur yang sebesar Rp137 triliun atau 59,0% dari total komitmen yang telah diberikan hingga Maret 2018 sebesar Rp232,6 triliun.
Kredit tersebut, disalurkan kepada 7 sektor utama yakni transportasi sebesar Rp 36 triliun, tenaga listrik sebesar Rp34,5 triliun, migas & energi terbarukan sebesar Rp13,6 triliun, konstruksi sebesar Rp15,2 triliun, perumahan rakyat & fasilitas kota sebesar Rp9,2 triliun, telematika sebesar Rp8,2 triliun), Jalan tol sebesar Rp9,8 triliun, dan infrastruktur lainnya sebesar Rp10,7 triliun.
Di sisi lain, Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada tiga bulan pertama 2018 sebesar Rp3,55 triliun, sekitar 24,4% dari target Rp14,56 triliun tahun ini. Adapun 41,9% dari nilai tersebut atau Rp1,49 triliun telah disalurkan kepada sektor produktif, yakni pertanian, perkebunan dan perikanan.
Sejak pertama kali disalurkan hingga Maret 2018, Bank Mandiri telah menyalurkan KUR sebesar Rp51,88 triliun kepada 1,05 juta debitur yang tersebar di seluruh Indonesia.
Baca Juga : Marak Skimming, Bank Mandiri Patroli Seluruh ATM
Kartika mengungkapkan, Bank Mandiri berkeinginan untuk menumbuhkan bisnis perseroan secara berkesinambungan dengan memperkuat struktur pendanaan melalui peningkatan dana murah, menjaga pertumbuhan biaya operasional serta penyaluran kredit yang lebih prudent baik di segmen Wholesale dan Retail.
“Pada triwulan I 2018, pengumpulan dana murah perseroan tercatat bertambah Rp31,5 triliun, setara dengan kenaikan 6,8% yoy menjadi Rp497,18 triliun," katanya.
"Pertumbuhan itu ditopang oleh peningkatan tabungan sebesar Rp23,4 triliun menjadi Rp310,9 triliun, dan kenaikan giro sebesar Rp8,1 triliun menjadi Rp186,2 triliun. Sedangkan cost of fund juga berhasil kami turunkan menjadi 2,6% dari posisi akhir Maret tahun lalu yang mencapai 2,9%,” jelas dia.
(Rani Hardjanti)