JAKARTA – Pemerintah menyebut pembentukan holding minyak dan gas bumi (migas) memberikan dampak positif. Salah satunya mampu berpotensi menciptakan efisiensi triliunan rupiah dalam kurun waktu lima tahun.
”Efisiensi memang tidak dapat dicapai dalam waktu dekat. Pada kajian bersama holding migas, potensi efisiensi mencapai Rp8 triliun, salah satunya terkait integrasi pipa gas antara PGN dengan Pertagas,” ujar Deputi Bidang Pertambangan Strategis, Industri, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno di Jakarta.
Menurut dia, efisiensi juga diciptakan dari tata kelola infrastruktur gas yang lebih baik, tidak lagi ada tumpang tindih antara PGN dan Pertagas. Akibat dari tumpang tindih pembangunan infrastruktur pipa gas antara PGN dan Pertagas sebelumnya menjadi tidak efisien.
Fajar menyebutkan, infrastruktur yang tidak efisien itu, antara lain fungsi pipa distribusi backbone PGN di Jawa Barat yang seharusnya bisa diintegrasikan dengan pipa transmisi Cilamaya-Cilegon milik Pertagas. Namun karena mereka berdiri sendiri, maka integrasi sulit dilakukan dan terjadi persaingan kurang sehat.
”Dengan holding migas, integrasi keduanya dapat dilakukan sehingga tidak terjadi persaingan yang tidak sehat,” kata dia. Dia pun berharap, holding migas dapat segera tercapai melalui akuisisi Pertagas oleh PGN. Pihaknya berharap akuisisi dapat segera dituntaskan. ”Memang untuk prosesnya butuh waktu.
Restrukturisasi perusahaan, penggabungan aset, dan sistem keuangan, butuh waktu. Integrasi PGN Pertagas juga tidak lepas dari sisi operasional dan sumber daya manusia,” kata dia. Direktur Utama PGN Jobi Triananda Hasjim juga mengatakan hal senada.
Holding migas mempunyai banyak keuntungan, misalnya terkait pemenuhan pasokan gas di Jawa Barat. Menurut dia, di Jabar kebutuhan gas sangat besar, tapi kerap bermasalah dengan kekurangan pasokan gas. Namun melalui integrasi PGN dengan Pertegas, kekurangan pasokan gas dapat teratasi.
Melalui infrastruktur gas milik PGN pasokan gas di Jabar bisa dipasok dari jalur Jawa dan Sumatera. ”Dengan optimalisasi fasilitas akan bisa dioptimalkan. Cadangan gas di Sumatera bisa dimanfaatkan di Jawa Barat. Jawa Barat 60% pasokan dari Sumatera,” kata dia.