Akuisisi Tambang Australia, Adaro Perkuat Bisnis Batubara Metalurgi

Agregasi Harian Neraca, Jurnalis
Kamis 02 Agustus 2018 11:54 WIB
Ilustrasi: Shutterstock
Share :

JAKARTA – Mengawali bulan Agustus tahun ini menjadi catatan sejarah bagi PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) dan EMR Capital Ltd. Pasalnya, kedua perusahaan tersebut resmi merampungkan akuisisi terhadap kepemilikan Rio Tinto atas Kestrel Coal Mine (Kestrel) sebesar 80%. EMR, sebuah perusahaan private equity yang memiliki spesialisasi di sektor pertambangan, untuk mengakuisisi 80% kepemilikan atas Kestrel.

Nantinya, EMR dan ADRO akan secara bersama-sama mengelola dan mengoperasikan tambang Kestrel. Setelah transaksi ini dirampungkan, kepemilikan atas Kestrel meliputi Kestrel Coal Resources Pty Ltd (80%) dan Mitsui Coal Australia (20%).

Kata Presiden Direktur dan CEO ADRO, Garibaldi Thohir, akuisisi terhadap Kestrel merupakan bagian penting dari ekspansi strategis perseroan dalam portofolio batubara metalurgi. Sebelumnya, perusahaan memulai langkah ekspansi bisnis kokas melalui Adaro MetCoal.”Eksistensi kedua aset batubara metalurgi berkelas dunia ini di bawah naungan pilar Adaro Mining akan memperkuat posisi kami di pasar batubara metalurgi dan menunjang pertumbuhan Adaro Energy dalam jangka panjang," ujarnya di Jakarta.

Adaro MetCoal memiliki salah satu sumber daya batubara metalurgi terbesar yang belum dikembangkan. Sinergi yang tercipta di antara kedua aset tersebut diklaim menawarkan potensi pengembangan yang besar. Kestrel adalah aset batubara metalurgi berkualitas yang memiliki basis sumber daya dengan usia yang panjang, infrastruktur yang solid, dan tenaga kerja dengan keahlian tinggi.

Tambang ini terletak 40 kilometer (km) di utara kota Emerald yang berada di area batubara Bowen Basin, di tengah negara bagian Queensland, Australia. Pada 2017, Kestrel memproduksi 4,25 juta ton batubara metalurgi berkualitas tinggi dan memiliki cadangan yang dapat dijual (marketable reserves) sebesar 146 juta ton dan sumber daya sebanyak 241 juta ton.

Sebelumnya, raksasa pertambangan asal Australia Rio Tinto melaporkan lonjakan laba bersih hingga 33% pada semester pertama tahun ini. Perusahaan juga mengumumkan dividen sementara (interim) yang naik signifikan serta pembelian kembali saham (buyback). Disebutkan, laba bersih perusahaan Anglo-Australia itu mencapai USD4,38 miliar atau sekitar Rp63,2 triliun. Laba operasional (underlying profit), perhitungan yang mengeluarkan penyusutan dan rugi kurs, melonjak 12% menjadi USD4,42 miliar, naik dari USD3,94 miliar pada periode yang sama tahun lalu, dilansir dari AFP.

Rio akan membayar dividen interim sebesar USD2,2 miliar naik 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan merupakan nilai dividen tengah tahun tertinggi dalam sejarah perusahaan. Raksasa tambang yang juga memiliki hak partisipasi di PT Freeport Indonesia ini juga menjalankan program pembelian saham kembali senilai USD1 miliar, yang rencananya akan selesai pada akhir Februari 2019.

 

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya