BANDUNG - Pemerintah Indonesia menargetkan ekspor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) sebesar USD30 miliar pada 2025.
Pelaku usaha pun tengah mengkaji roadmap (peta jalan) untuk mengejar target tersebut. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menargetkan ekspor TPT tahun ini bisa meningkat 8% dari tahun lalu.
Salah satu strateginya dengan merebut pangsa pasar Amerika Serikat (AS) yang sebelumnya mayoritas dipasok oleh China. Menurut Enggar, di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global dan adanya perang dagang antara AS dan China, tentunya berpengaruh terhadap industri TPT.
Namun demikian, perang dagang tersebut juga membuka peluang pasar bagi ekspor Indonesia di pasar global.
”Indonesia sudah seharusnya bisa memanfaatkan peluang yang ada, setidaknya mengambil hampir 38% atas pangsa ekspor TPT asal China ke AS,” ujarnya di sela-sela Dialog Tekstil Nasional dengan Tema ’Peningkatan Devisa Indonesia Melalui Produk TPT Nasional’ di Bandung, Jawa Barat.
Enggar mengungkapkan, peluang ekspor Indonesia sangat besar. Di sisi lain, masih ada peluang besar juga untuk investasi di sektor TPT, terutama guna memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Terkait hal ini, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) tengah menyusunroad map agar kedua peluang tersebut dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
”Mereka akan menyampaikan ke pemerintah, fasilitas apa yang dibutuhkan, iklim usaha seperti apa yang diinginkan untuk bisa mencapai target ekspor kita meningkat USD30 miliar ditambah kebutuhan di dalam negeri juga dipenuhi,” kata Enggar.
Enggar melanjutkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait untuk dapat memenuhi berbagai kebutuhan pelaku usaha. ”Saya tidak akan sendiri.
Ada Menteri Perindustrian, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, itu kami sangat mendukung,” tuturnya. Di sisi lain, Enggar juga meminta pelaku usaha industri TPT bisa memenuhi kebutuhan domestik yang sangat besar.
Saat ini, baru 30% kebutuhan dalam negeri yang dipenuhi oleh industri. Sisanya diimpor, termasuk dari China. ”Kebutuhan domestik begitu besar yang belum semua diisi oleh industri dalam negeri. Ada peluang bisnis berinvestasi,” ungkapnya.
Ketua Umum API Ade Sudrajat mengatakan, potensi produksi TPT nasional masih bisa ditingkatkan. Dari kapasitas terpasang, persentase utilisasinya masih rendah sehingga industri ini masih bisa dioptimalkan untuk kinerja perdagangannya.
”Diperlukan dukungan kebijakan dan peraturan pada perdagangannya. Dalam road mappeningkatan ekspor industri TPT ini membahas iklim usaha di dalam negeri, memperluas akses pasar, serta peningkatan sumber daya manusia (SDM),” ujarnya.
Ade melanjutkan, ekspor produk TPT Indonesia masih bergantung pada pasar AS dan Uni Eropa. Apabila implementasi Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (Indonesia-EU CEPA) bisa rampung pada 2019, maka akan mendorong ekspor TPT.
”Kalau EU CEPA selesai pada pertengahan 2019 dan berlaku pada 2020, itu akan mendorong ekspor kita menjadi sangat besar,” tuturnya. Ade menambahkan, permintaan dunia untuk produk TPT terus naik.
Menurut dia, ekspor produk TPT pada dua tahun terakhir juga terus naik. ”Pada 2017 naik 5%, 2018 naik 8%. Kebutuhan domestik atas sektor TPT juga naik setiap tahunnya dari 4,5 kilogram (kg) per kapita menjadi 6,5 kg per kapita.
Dikalikan jumlah penduduk Indonesia. Itu angka kebutuhan kita,” jelasnya. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), sebesar 30% pakaian jadi dari hasil industri TPT nasional adalah untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, sedangkan 70% untuk ekspor.
Nilai ekspor industri TPT nasional mencapai USD12,58 miliar pada 2017 atau naik 6%% dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, sektor ini menyumbang ke produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp150,43 triliun pada 2017.
Lebih lanjut Enggar mengatakan, industri TPT merupakan industri yang terus tumbuh sehingga dapat menjadi andalan devisa bagi Indonesia dengan peringkat ketiga setelah sektor pariwisata dan kelapa sawit. Enggar menjelaskan, pemerintah telah berupaya membuka akses dan pasar produk TPT melalui penyelesaian berbagai perjanjian dagang dengan sejumlah negara.
Pemerintah juga melakukan peningkatan ekspor melalui percepatan perundingan dan pembukaan akses pasar ke pasar nontradisional di kawasan Afrika, seperti Tunisia, Maroko, dan Mozambik. Selain itu, pemerintah turut mendorong peningkatan kerja sama ekonomi ASEAN dengan negara-negara mitra strategis, seperti Kanada, AS, dan Rusia. (Oktiani Endarwati)