JAKARTA - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, sektor mineral dan batu bara (minerba) bisa menutupi defisit neraca perdagangan minyak dan gas (migas). Hal ini ditopang penambahan kuota produksi batu bara sebesar 100 juta ton tahun 2018.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) defisit neraca perdagangan disumbang defisit sektor migas sebesar USD1,6 miliar. Total impor migas mencapai USD3,05 miliar, naik 14,50% dibandingkan Juli 2018 yang sebesar USD2,6 miliar, sedangkan laju ekspor tercatat turun 3,27% dari USD1,43 juta jadi USD1,38 juta.
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan, pihaknya berharap produksi batu bara tahun ini dengan tambahan 100 juta ton bisa menambal defisit neraca migas.
Dia menjeleskan, bila harga batu bara snilai USD60 miliar maka dikalukam dengan kuota prodyksinya yang sebanyak 100 juta ton, maka menghasilkan pendapatan USD60 miliar. Nilai tersebut cukup untuk menutupi defisit neraca perdagangan migas.
"Kalau itu terealisasi nilai ekspor USD60 dolar kali 100 juta itu USD6 miliar, itu bisa menutupi, malah lebih," ujarnya dalam konferensi pers di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (17/9/2018).
Namun demikian, Jonan mengungkapkan, hingga saat inihanya terdapat 30 perusahaan yang mengajukan tambahan kuota produksi. Baru ada tambahan produksi 22-23 juta ton dari kuota awal 485 juta ton.
"Tapi sampai sekarang yang ajukan 22-23 juta ton. Kalau dikali USD60 itu sekitar USD1,5 miliar, Saya kira untuk tiga bulan itu bisa menutupi," katanya.
(Dani Jumadil Akhir)