Meskipun konsep Port City dimulai 2004 tapi tertunda karena perang, Sri Lanka melanjutkan dengan melihat masuknya investasi China, yang negara itu lakukan untuk perbaikan infrastruktur besar.
Kemitraan ini mengalami masalah ketika Sri Lanka mengalami kesulitan membayar utangnya. Sementara itu China dituduh menggunakan investasinya untuk menggunakan pengaruh politik.
Pada tahun 2014, Perdana Menteri Ranil Wickramasinghe menghentikan proyek Port City karena kekhawatirannya tentang kerusakan pada garis pantai. Hal ini membuat marah investor proyek, China Communications Construction Company yang mengklaim kehilangan Rp5,6 miliar per harinya, sementara perkembangannya dalam keadaan limbo.
Pada 2016, rencana itu kembali bergerak dengan satu set perlindungan lingkungan baru.
Menurut pengembang situs, China Harbour Engineering Company, proyek ini masih dalam tahap untuk menyelesaikan upaya reklamasi dan tahap pertama infrastruktur pada tahun 2020.
Port City direncanakan akan selesai pada 2041, yang akan menelan biaya mencapai USD15 miliar (kurs Rp14.800 per USD) atau Rp222 triliun.