ADHI pun telah mengantisipasi dampak fluktuasi kurs rupiah. Hal tersebut diimplementasikan pada pengerjaan proyek LRT Jabodebek. Proses bagian mekanikal dan elektrikal untuk proyek tersebut sudah terkontrak dengan perusahaan-perusahaan asing sejak jauh hari sebelum Rupiah berada dalam tren melemah. “Itu sebabnya, semua pekerjaan sipil termasuk pemasangan beton pracetak dan rel aman dari masalah rupiah,”ujarnya.
Sementara untuk proyek pengerjaan Light Rapid Transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (Jabodetabek), lanjutnya, proyek tersebut terus menunjukkan kemajuan yang signifikan. Di mana hingga pertengahan September progressnya sudah mencapai 44,87%. Jika dirinci, lintas pelayanan Cawang—Cibubur telah mencapai 66,76%, kemudian lintas pelayanan Cawang—Dukuh Atas mencapai 30,74%. Adapun lintas pelayanan Cawang—Bekasi Timur telah mencapai 33,34%.
Saat ini, ADHI sedang memulai pemasangan trackwork atau rel untuk jalur Cawang—Cibubur. Setelah itu, langsung dilanjutkan dengan pemasangan rel untuk perlintasan Cawang—Bekasi Timur. Pria yang akrab disapa Kiki ini tetap yakin, proses pembangunan LRT akan selesai tepat waktu pada 2019 mendatang.
Menurutnya, proyek LRT merupakan inovasi baru di dunia transportasi Indonesia. Proyek yang mengusung tema transportasi terintegrasi tersebut menggunakan beton pracetak atau U-Shape Girder yang pertama kalinya diaplikasikan di Indonesia. U-Shape Girder sendiri cocok dengan kondisi lokasi tempat LRT dibangun mengingat ruang untuk pengerjaan proyek tersebut tergolong terbatas.
(Dani Jumadil Akhir)