Buku Neraca Gas Indonesia 2018-2027, Beri Kepastian untuk Investor

Giri Hartomo, Jurnalis
Senin 01 Oktober 2018 17:04 WIB
ESDM Luncurkan Buku Neraca Gas Indonesia (Foto: Giri)
Share :

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meluncurkan Buku Neraca Gas Bumi Indonesia (NGI) Tahun 2018-2027. Peluncuran sendiri dilakikan langsung oleh Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar di Kantornya.

Wamen ESDM Arcandra Tahar mengatakan, buku ini menjadi data informasi terkait gas bumi Indonesia yang nantinya menjadi rujukan oleh para investor, badan usaha dan Kementerian/Lembaga. Sebab lewat buku ini ada proyeksi yang dikeluarkan oleh Kementerian ESDM terkait Minyak dan Gas bumi di Indonesia.

"Kami dari Kementerian ESDM meluncurkan buku neraca gas tahun 2018 sampai 2027. Tujuan dari peluncuran ini adalah untuk memberitahukan informasi yang seakurat mungkin kepada dunia usaha, kepada investor," ujarnya dalam acara peluncuran buku neraca gas bumi di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta, Senin (1/10/2018).

Baca Juga: Wamen Arcandra Minta Kontrak Jual Beli Gas Dievaluasi

Menurut Arcandra, lewat buku ini para investor dapat mengetahui kondisi neraca gas Indonesia selama 10 tahun ke depan. Dari mulai berapa jumlah suplai, demand hingga waktu kapan Indonesia akan kekurangan dan kelebihan gas.

"Termasuk dalam hal ini suplainya dari mana, demandnya seperti apa dan tahun kapan kita akan kekurangan gas , atau tahun kapan kita akan kelebihan gas," ucapnya.

Arcanda menjelaskan, pada tahun 2017, pemanfaatan gas bumi untuk domestik sudah sebesar 59% atau lebih besar dari ekspor yang sebesar 4%. Di mana pemanfaatan gas bumi domestik tersebut meliputi sektor industri sebesar 23,18%, sektor kelistrikan sebesar 14,09%, sektor Pupuk sebesar 10,64%, Lifting Migas sebesar 2,73%, LNG Domestik sebesar 5,64%, LPG Domestik sebesar 2,17% dan 0,15% untuk Program Pemerintah berupa Jargas Rumah Tangga dan SPBG. Sedangkan ekspor gas pipa sebesar 12,04% dan LNG Ekspor 29,37%.

Baca Juga: Kontrak Wilayah Kerja Pengeboran Minyak Berakhir, Ratusan Pekerja Terancam PHK Massal

Menurut Arcandra, perubahan signifikan pada NGI Tahun 2018 - 2027 dengan NGI sebelumnya, yaitu pada metodologi proyeksi kebutuhan gas. Pada NGI sebelumnya, metodologi proyeksi kebutuhan gas digabung antara kebutuhan gas yang sudah kontrak dengan kebutuhan gas yang masih potensial.

"Sedangkan pada NGI Tahun 2018-2027 lroyeksi kebutuhan gas dibagi menjadi 3 skenario utama. Adapun angka 1,1% merupakan proyeksi pertumbuhan industri dan angka 5,5% merupakan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang digunakan sebagai acuan dalam proyeksi kebutuhan gas ke depan," jelasnya.

Dengan memperhitungkan seluruh potensi pasokan gas bumi Indonesia dan memperhatikan 3 skenario kebutuhan gas bumi kedepan, maka skenario pasokan dan kebutuhan gas bumi dalam NGI Tahun 2018-2027 Pertama, yakni Neraca Gas Nasional diproyeksikan mengalami surplus gas pada tahun 2018-2027. Hal tersebut dikarenakan perhitungan proyeksi kebutuhan gas mengacu pada realisasi pemanfaatan gas bumi serta tidak diperpanjangnya kontrak-kontrak ekspor gas pipa/LNG untuk jangka panjang.

(Feb)

Kemudian kedua, Neraca Gas Nasional diproyeksikan tetap surplus pada tahun 2018-2024. Sedangkan pada tahun 2025-2027 terdapat potensi dimana kebutuhan gas lebih besar daripada pasokan.

Meskipun begitu, hal tersebut belum mempertimbangkan adanya potensi pasokan gas dari penemuan cadangan baru dan kontrak gas di masa mendatang seperti blok Masela dan blok East Natuna.

"Proyeksi kebutuhan gas pada skenario II, menggunakan asumsi: Pemanfaatan gas dari kontrak eksisting terealisasi 100 persen, Pemanfaatan gas untuk sektor kelistrikan sesuai dengan RUPTL 2018-2027, Asumsi pertumbuhan gas bumi sesuai dengan pertumbuhan ekonomi yaitu 5,5% untuk sektor Industri Retail, Pelaksanaan Refinery Development Master Plan (RDMP) sesuai jadwal, pelaksanaan pembangunan pabrik-pabrik baru petrokimia dan pupuk sesuai jadwal," jelasnya.

Selanjutnya ketiga, Neraca Gas Nasional diproyeksikan surplus gas dari tahun 2019-2024. Sedangkan tahun 2018 tetap mencukupi sesuai realisasi dan rencana tahun berjalan. Sementara pada tahun 2025-2027, sebagaimana skenario kedua bahwa terdapat potensi dimana kebutuhan gas lebih besar daripada pasokan.

Namun hal tersebut belum mempertimbangkan adanya potensi pasokan gas dari penemuan cadangan baru dan kontrak gas di masa mendatang seperti blok Masela dan blok East Natuna.

"Proyeksi kebutuhan gas pada skenario III menggunakan asumsi pemanfaatan gas dari kontrak eksisting terealisasi 100 persen, pemanfaatan gas untuk sektor kelistrikan sesuai dengan RUPTL 2018-2027, sektor industri retail memanfaatkan gas pada maksimum kapasitas pabrik serta penambahan demand dari pertumbuhan ekonomi dengan asumsi 5,5%, pelaksanaan RDMP sesuai jadwal, pelaksanaan pembangunan pabrik-pabrik baru petrokimia dan pupuk sesuai jadwal," sebutnya.

Dengan diluncurkannya buku ini, Arcanda berharap dapat menjadi acuan bagi investor dan calon investor, Badan Usaha Kementerian/Lembaga serta Akademisi yang bertujuan mendukung dan menciptakan tata kelola gas bumi Indonesia yang kokoh.

Apalagi menurut Arcandra, lewat buku ini pula pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan pemanfaatan sumber energi domestik diantaranya gas bumi yang memiliki cadangan terbukti sekitar 100 Triliun Standar Cubic Feet (TCF) sebagai energi bersih dan ramah lingkungan. Hal tersebut menurutnya sejalan dengan Nawacita Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla tahun 2014-2019 yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik yang juga dituangkan dalam beberapa paket kebijakan ekonomi.

(Feb)

(Rani Hardjanti)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya