Menurut Bhima, kinerja ekspor pada bulan September mengalami perlambatan. Hal tersebut disebabkan imbas proteksi dagang terutama dari India yang menaikkan bea masuk produk CPO asal Indonesia.
"Pemulihan pemintaan barang mentah untuk industri di negara seperti Cina dan Eropa masih dirasa lambat seiring data produksi manufaktur di negara tersebut rendah," jelasnya.
Dari sisi impor, defisit perdagangan disebabkan oleh naiknya nilai impor Bahan Bakar Minyak (BBM). Hal tersebut menyusul pelemahan nilai tukar rupiah dan naiknya harga Minya acuan brem pada bulan September hingga sebesar 9%.
Baca Juga: Indonesia Satu-satunya Negara yang Masih Mengalami Defisit Berjalan