JAKARTA – PT United Tractors Tbk (UNTR) mengantongi kenaikan laba bersih sepanjang periode sembilan bulan di tahun ini sebesar 60,89%. Jumlah tersebut naik menjadi Rp9,07 triliun dari Rp5,63 triliun di periode yang sama di tahun sebelumnya.
Melansir Harian Neraca, Senin (29/10/2018), perseroan mengungkapkan, kenaikan laba mendorong naiknya laba per saham perusahaan menjadi Rp2.432/saham dari sebelumnya Rp1.512/saham di akhir September 2017. Pada periode tersebut, pendapatan perusahaan mengalami kenaikan sebesar 32,13% menjadi Rp61,12 triliun dari pendapatan akhir kuartal ketiga tahun lalu yang sebesar Rp46,25 triliun.
Baca Juga: United Tractors Bagikan Total Dividen Rp1,36 Triliun
Kenaikan pendapatan ini didorong oleh komposisi usaha kontraktor penambangan berkontribusi sebesar Rp28,91 triliun (47%), usaha mesin konstruksi yang berkontribusi sebesar Rp21,34 triliun (35%), lalu usaha pertambangan sebesar Rp8,13 triliun (13%) dan bisnis industri konstruksi menyumbang sebesar Rp2,73 triliun (5%). Masih di periode yang sama, kas dan setara kas perusahaan naik menjadi Rp28,61 triliun dari Rp20,83 triliun di akhir Desember 2017 lalu.
Total aset anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini bernilai sebesar Rp107,57 triliun, terdiri dari aset lancar sebesar Rp68,51 triliun dan aset tak lancar yang bernilai sebesar Rp39,06 triliun. Total liabilitas perusahaan dalam sembilan bulan naik menjadi Rp53,09 triliun dari sebelumnya di akhir 2017 yang sebesar Rp34,72 triliun. Dengan utang jangka pendek berjumlah Rp45,95 triliun dan utang jangka panjang Rp7,14 triliun.
Baca Juga: United Tractors Tuntaskan Akuisisi Tambang Emas Martabe Akhir Tahun
Sementara jumlah ekuitas perusahaan juga mengalami kenaikan selama sembilan bulan sejak awal tahun lalu menjadi Rp54,47 triliun dari sebelumnya di 31 Desember 2017 sebesar Rp47,53 triliun. Sebagai informasi, perseroan tahun ini bakal fokus menggarap pasar kendaraan komersial barang dan penumpang. Keputusan ini merupakan respons terhadap pertumbuhan permintaan truk yang mencapai 91% pada 2017, dipicu oleh pesatnya pembangunan infrastruktur dan pusat bisnis, terutama di Jawa dan Sumatera.
Kemudian untuk produksi tambang batu bara, perseroan menargetkan kenaikan tambang batu bara tahun ini sebesar 10% menjadi 7 juta ton dari tahun lalu sebesar 6,3 juta ton. Faktor logistik menjadi penyebab perseroan tidak dapat mematok target agresif. Saat ini, perseroan memiliki tambang milik sendiri di Kalimantan Tengah, di mana faktor logistik sangat memengaruhi pergerakan bisnis perseroan. Pasalnya, pengangkutan batu bara hanya dapat melalui Sungai Barito yang volume airnya tidak selalu penuh sepanjang tahun. Perseroan sendiri memastikan tidak akan memperluas konsesi tambang milik sendiri.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)