JAKARTA – PT Adaro Energy Tbk (ADRO) membukukan laba bersih sebesar USD312,7 juta atau setara dengan Rp4,75 triliun (kurs Rp15.200) pada kuartal III-2018. Laba tersebut turun 16,04% dari periode yang sama dari tahun sebelumnya sebesar USD372,4 juta.
Sementara itu, Adaro mencatat perolehan EBITDA operasional sebesar USD1,06 juta dengan kenaikan 5% dari 9M17 dengan mempertahankan marjin EBITDA operasional sebesar 40% dengan target EBITDA di kisaran USD1,1 – USD1,3 miliar.
Baca Juga: Akuisisi Tambang Kestrel, Apa yang Diincar Adaro?
Sedangkan, pendapatan usaha naik 9% year-over-year menjadi USD2,6 miliar dengan harga jual batu bara yang naik 9% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Demikian seperti dilansir dalam keterbukaan informasi, Jakarta, Rabu (31/10/2018).
Total produksi batu bara mencapai 38,98 Mt atau turun 1% dari periode yang sama tahun lalu. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu, Adaro menghasilkan kenaikan 14% pada produksi batu bara dibandingkan kuartal II-2018 karena mulainya musim kemarau dan kondisi cuaca yang jauh lebih baik.
Baca Juga: Akuisisi Tambang Australia, Adaro Perkuat Bisnis Batubara Metalurgi
Presiden Direktur & Chief Executive Officer Adaro Energy Garibaldi Thohir menyatakan pihaknya tetap memiliki keyakinan terhadap fundamental pasar batu bara di jangka panjang dan terus mengeksekusi prioritas strategis untuk memastikan penciptaan nilai yang berkelanjutan dan di saat yang sama mempertahankan posisi keuangan yang sehat serta menghasilkan laba yang tinggi.
"Kami mencapai hasil yang memuaskan, dengan dukungan kenaikan EBITDA operasional dan laba inti year-over-year sebagai hasil kinerja yang solid di seluruh pilar bisnis perusahaan," jelasnya.
(Dani Jumadil Akhir)