JAKARTA - Indonesia telah memiliki Gross Domestic Product (GDP) yang melebihi USD1 triliun, pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,1% - 5,3%. Inflasi juga dipastikan stabil selama 4 tahun ini pada kisaran 3%.
Pemerintah dan bank sentral mencoba untuk meningkatkan pertumbuhan dengan tetap menjaga stabilitas ekonomi. Kebijakan fiskal digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Pemerintah fokus untuk menginvestasikan kepada infrastruktur dan sumber daya manusia. Sektor swasta juga dilibatkan dalam pembangunan melalui Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Sebagai hasilnya, tingkat kemiskinan turun di bawah 10% dan Gini Ratio (tingkat ketimpangan kemiskinan) juga menurun.
Baca Juga: Sumbang USD1,6 Miliar, Migas Masih Jadi Biang Kerok Defisit Neraca Perdagangan
"Hal tersebut saya sampaikan ketika menjadi panelis dalam seminar 'Managing Financial Shock' yang diselenggarakan oleh Bloomberg di Singapura 7 November 2018. Turut menjadi panelis adalah Managing Director Bank Sentral Singapura Ravi Menon dan mantan Direktur Bank Sentral AS Janet Yellen. Bertindak selaku moderator Clive Crook dari Bloomberg," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam postingan Facebooknya, Jumat (9/11/2018).
Pada beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan (impor lebih besar daripada ekspor), namun itu semua dapat dikompensasi oleh banyaknya arus modal ke Indonesia. Sehingga secara keseluruhan tetap terjadi surplus transaksi.