JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 11,5% pada 2019 lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kredit tahun ini yang diprediksi mencapai 13%. "Loan tahun depan 11,5%, tahun ini sekitar 13%," kata Direktur Keuangan Bank Mandiri Panji Irawan dilansir dari Harian Neraca, Jumat (14/12/2018).
Sementara itu, untuk menopang penyaluran kredit tahun depan, Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai 10,63%, dibandingkan DPK tahun ini yang diperkirakan mencapai 5,58%.
Baca Juga: Bank Mandiri Fokus Kembangkan Transaksi Digital di Industri 4.0
Panji menuturkan, sejalan dengan kondisi ekonomi dalam negeri yang terus membaik, kinerja industri perbankan Indonesia juga menunjukkan peningkatan. Hal ini ditunjukkan oleh pertumbuhan kredit dan profitabilitas yang terus meningkat, serta kualitas aset yang stabil. Sampai dengan September 2018, kredit industri perbankan Indonesia tumbuh 12,1% secara tahunan (year on year/yoy). Capaian ini merupakan pertumbuhan kredit tertinggi dalam empat tahun terakhir.
Bank-bank terbesar (Bank Mandiri, BRI, BCA, dan BNI) mencatatkan pertumbuhan laba bersih cukup tinggi, rata-rata sebesar 14,3%. NPL industri perbankan juga terus menunjukkan tren penurunan dalam empat bulan terakhir secara berturut-turut, dari 2,79% pada bulan Mei 2018 menjadi 2,66% pada September 2018. Namun demikian, industri perbankan Indonesia masih memiliki tantangan yang cukup besar ke depannya, yaitu tren kenaikan suku bunga acuan, kondisi likuiditas yang mengetat, dan volatilitas nilai tukar Rupiah.
"Ke depan kami cukup optimis dengan kinerja ekonomi dan juga industri perbankan nasional. Hal ini didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang diproyeksi akan lebih baik dari tahun ini, serta kembali stabilnya kondisi politik setelah penyelenggaraan pemilu Presiden dan legislatif 2019," ujar Panji.
Sejalan dengan kondisi ekonomi dan industri perbankan Indonesia yang membaik tersebut, kinerja Bank Mandiri juga terus menunjukkan perbaikan. Dari sisi neraca, kredit secara konsolidasian tumbuh sebesar 13,8% yoy menjadi sebesar Rp781,1 triliun, dimana pertumbuhan paling tinggi berasal dari segmen korporasi besar (tumbuh 28,7% yoy) dan Mikro (tumbuh 27,1% yoy).
Baca Juga: Bank Mandiri Perpanjang Tenor Kredit Rp10 Triliun ke Pupuk Indonesia
Pertumbuhan kredit ini diiringi dengan perbaikan kualitas aset dimana rasio kredit bermasalah (NPL gross) dapat ditekan menjadi 3,01%, atau turun 74 bps dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) secara konsolidasian tumbuh sebesar 9,2% yoy menjadi sebesar Rp831,2 triliun, dengan komposisi dana murah sebesar 64,5% dari total DPK. Dari sisi laba-rugi, pendapatan bunga bersih tumbuh sebesar 4,2 perseb yoy menjadi Rp40,5 triliun.
Sementara pendapatan non-bunga tumbuh sebesar 11,4% yoy menjadi Rp18,8 triliun, terutama diperoleh dari bisnis forex treasury, cash recovery, dan penyelesaian masalah pajak. Dengan pengendalian biaya yang ketat, biaya operasional Bank Mandiri juga dapat terjaga sehingga hanya tumbuh 6,3% yoy. Pada akhirnya, laba bersih Bank Mandiri dapat tumbuh sebesar 20% yoy menjadi Rp18,1 triliun, yang ditopang oleh pertumbuhan laba operasional sebelum beban cadangan (PPOP) yang baik dan biaya kredit yang lebih rendah. "Ke depannya kami sangat optimis kinerja Bank Mandiri akan terus membaik, didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang stabil dan juga membaiknya kinerja industri perbankan secara keseluruhan," ujar Panji.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)