JAKARTA - Nike menyebut dirinya sebagai perusahaan yang bisa berkembang. Perusahaan sneakers terbesar di dunia itu mampu bertahan di tengah perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat (AS) dengan China.
Saham Nike melonjak hampir 8% dalam perdagangan pada Kamis waktu setempat dan menjadi satu-satunya saham fashion yang berjaya. Perusahaan melaporkan laba dan penjualan kuartal kedua fiskal yang lebih baik dari yang diperkirakan dan meredakan kekhawatiran bahwa pertengkaran tarif AS-Cina akan melukai permintaan di Cina, pasar pertumbuhan kritis perusahaan.
"Nike terus menang dengan konsumen di China. Meskipun ada ketidakpastian akhir-akhir ini mengenai hubungan AS-Cina, kami belum melihat adanya dampak pada bisnis kami. Kami optimis tentang potensi kami untuk terus memberikan pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, dan sangat menguntungkan saat ini. " kata Kepala Keuangan Nike Andy Campion, dikutip dari Forbes, Jakarta, Rabu (26/12/2018).
Baca Juga: Diguncang Isu Diskriminasi, Nike Naikkan Gaji & Bonus 7.000 Karyawan
Faktanya, pendapatan Nike dikurangi dampak mata uang dalam bisnis China yang lebih besar melonjak 31% atau kenaikan dua digit.
Di Amerika Utara, pasar terbesar Nike melihat permintaan yang kuat dengan penjualan naik 9%, yang disukung oleh permintaan untuk sepatu dan pakaiannya. Di Eropa, penjualan naik 14% karena Nike mengatakan itu memperoleh saham pasar yang signifikan.