Sri Mulyani: Goverment Shutdown AS Untungkan Indonesia

Yohana Artha Uly, Jurnalis
Selasa 22 Januari 2019 17:11 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: Antara
Share :

JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, gejolak ekonomi global akan semakin mereda di tahun 2019. Hal ini dipengaruhi sejumlah kondisi di Amerika Serikat (AS) yang membuat pertumbuhan ekonomi negara adidaya itu menurun.

Dia menjelaskan, pada tahun ini Bank Sentral AS (The Fed) akan lebih fleksibilitas dalam rencana kenaikan suku bunga acuannya. The Fed akan mempertimbangkan perkembangan data ekonomi terlebih dahulu dalam memutuskan kebijakan moneternya.

Bank Sentral AS memang mendapat sejumlah kritikan dari Presiden AS Donald Trump sebab dianggap terlalu cepat menaikkan tingkat suku bunga acuannya.

Di sisi lain, tutupnya sebagian layanan pemerintahan Donald Trump (government shutdown) sejak 22 Desember lalu juga menjadi bakal mengganggu perekonomian AS bila terjadi berlarut-larut.

Baca Juga: Perang Dagang Mereda, China Tawarkan AS untuk Impor Lebih Banyak Produk

Sebagai informasi, government shutdown AS akibat pertentangan soal tembok pembatas AS dengan Meksiko yang akhirnya menjadi shutdown terpanjang dalam sejarah. Shutdown ini juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi AS yang sudah tertekan sebelumnya oleh perang dagang dengan China dan ketidakpastian lainnya.

"(Dengan kondisi tersebut) sehingga kemungkinan ekonomi mereka (AS) melemah," kata dia dalam diskusi ekonomi di kawasan Cikini, Jakarta, Selasa (22/1/2019).

Kondisi tersebut, menurut Sri Mulyani memberikan dampak positif pada perekonomian domestik. Sebab, investor global mulai membawa dananya dari AS ke negara emerging market, termasuk Indonesia.

"Itu bagus untuk kita. Makanya capital inflow (arus modal asing masuk) agak normal lagi di akhir 2018, kita berharap terus bertahan di 2019," ujarnya.

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) sejak awal tahun hingga 17Januari 2019 adanya arus modal asing masuk sebesar Rp14,75 triliun. Dana tersebut berasal dari pembelian Surat Berharga Negara (SBN) maupun portofolio saham.

Oleh karena itu, Bendahara Negara tersebut meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan lebih baik. Terlebih konsumsi dan inflasi diprediksi masih akan tetap terjaga, meski memang harga komoditas akan memengaruhi permintaan di tahun ini.

"Kita berharap pertumbuhan ekonomi akan terjaga di 5,3%-5,4%. Kita bisa menggunakan instrumen fiskal itu untuk stimulus seperti berikan tax holiday, insentif, deductable dua kali, mobil listrik akan diberikan dukungan. Jadi berbagai instrumen insentif itu diharapkan akan menggerakkan sektor riil, sehingga pertumbuhan dijaga di 5,3% dan inflasi di level 3,5%," paparnya.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Halaman:
Share :
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Terpopuler
Telusuri berita Finance lainnya