JAKARTA – Industri ritel kembali bergeliat dan siap bersaing dengan e-commerce. Pasar ritel yang sempat lesu pada 2016-2017 kini mulai berbenah dan siap mengembangkan bisnis ke berbagai daerah untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang tetap menyukai berbelanja offline.
Dewan Pembina Asosiasi Pengelola Pusat Belanja (APPBI) Handaka Santosa mengungkapkan, ritel masih memiliki banyak harapan berkembang lebih besar. Penutupan sejumlah gerai ritel di sejumlah mal merupakan salah satu strategi bisnis perusahaan.
Penutupan gerai ritel menurut Handaka sepenuhnya bukan merupakan faktor dari pelemahan industri. “Misalnya perusahaan punya 30 toko, 4 di antaranya merugi, pemilik melakukan suatu strategi. Maka diambil keputusan lebih baik 4 toko ditutup, khawatir merusak kestabilan toko yang lain,” ujar Handaka saat dihubungi.
Baca Juga: 11.11 dan 12.12 Buat Bisnis Online Makin Perkasa, Mal Pun Runtuh
Presiden Direktur Sogo Indonesia itu mengungkapkan, pasar ritel masih memiliki nilai besar di Indonesia. Namun kini tugas perusahaan mencari tempat terbaik yang dapat menarik pelanggan. “Selama masih ada perusahaan ritel yang membuka toko barunya, industri ini masih stabil. Misalnya Sogo Department Store yang siap hadir di Medan,” tandasnya.
Menurut Handaka, persaingan dengan belanja online secara keseluruhan di berbagai negara hanya sekitar 20% dari ritel. Di Amerika Serikat pasar belanja online hanya menguasai ritel sekitar 10%, sedangkan di Indonesia kurang dari 3%.
“Kuncinya tentu ada pada konsumen dan pasar ritel sangat memperhatikan kebutuhan pelanggan,” tandasnya. Bangkitnya ritel juga berasal dari lingkup internal perusahaan yang giat mengevaluasi kinerja dan cara menghadapi tantangan pasar.
Head of Corporate Communication Mitra Adi Perkasa (MAP) Fetty Kwartati mengungkapkan, selama tiga tahun terakhir MAP telah melakukan konsolidasi. MAP menambah jumlah stok brand yang menjadi favorit konsumen Indonesia, termasuk mengkaji toko mana saja yang tidak menguntungkan untuk ditutup.
Baca Juga: Tommy Soeharto Bangkitkan Supermarket Goro di Cibubur
MAP juga melalukan perbaikan inventori manajemen, termasuk memperkuat sistem serta sumber daya manusia. “Hasilnya, pertumbuhan MAP tahun 2017 sebesar 18% dari asumsi awal tahun yang hanya sekitar 13- 14%.
Sebab dalam tiga tahun terakhir pertumbuhan ada di angka 8-9%. Ini pencapaian yang sangat baik, tahun ini kami makin optimistis,” tutur Fetty. Menurutnya, segmentasi pasar MAP memang masuk dalam kelas menengah ke atas sehingga aktivitas belanja online tidak terlalu menjadi ancaman.
Selain itu MAP memiliki base customer atau pelanggan loyal brand mereka. “Pelanggan tetap setia karena juga melihat kualitas serta tidak adanya kompetitor di jenis produk tertentu serta usaha kami memberi merchandising,” sambungnya.
Baca Juga: Dunia Berubah, E-commerce Perkasa dan Ritel Berguguran
Meski kelas segmen menengah ke atas tidak berbelanja online,MAP telah siap mengantisipasi perkembangan pasar online di masa depan. MAP memiliki e- m all yang kontribusi penjualannya masih di bawah 1% untuk penjualan mereka. Bahkan beberapa brand MAP telah memiliki marketplace.