Adapun program pembinaan dan pelatihannya, antara lain mengenai industri daur ulang sampah,konveksi busana muslim, makanan dan minuman olahan, kerajinan, perbengkelan, pupuk organikcair, dan pendampingan sertifikasi SNI garam beryodium. Kegiatan tersebut dirancang karena sudahada komunitas dan keahlian yang cukup di sejumlah ponpes.
“Kalau bicara pesantren, kami juga mendorong ekosistemnya. Salah satunya di pesantren Jawa Barat, untuk membuat roti. Kemudian roti itu dikonsumsi oleh santri-santri di sana. Selain itu, produksi air minum dalam kemasan, yang nantinya dikonsumsi juga oleh para santri. Bahkan belajar tentang daur ulang sampah agar bisa menjadi bahan bakar untuk memasak,” jelas Airlangga.
Kemenperin pun pernah menjalankan pilot projectSantripreneur, yakni berupa program bimbingan teknis pengolahan ikan, pembuatan alas kaki, dan pelatihan pembuatan lampu Light Emitting Diode(LED). “Santripreneur bertujuan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) bertalenta di lingkungan pesantren, sehingga menjadi bekal para santi untuk belajar mandiri dan berwirausaha sebelum terjun ke masyarakat,” imbuhnya.
Di samping itu, guna menyukseskan program Santripreneur, Kemenperin telah menggandeng Bank Indonesia (BI) dalam memfasilitasi inkubator bisnis syariah mengenai keuangan mikro syariah dan nonkeuangan seperti agrobisnis serta perdagangan dan jasa. Inkubator bisnis syariah bertujuan untuk mendorong pengembangan ekonomi syariah melalui pemberdayaan ekonomi pesantren.