Sementara itu, Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Ricky Joseph Pesik mengatakan, ekonomi kreatif termasuk di dalamnya industri hiburan di Indonesia ditargetkan akan menjadi salah satu kekuatan industri kreatif dunia.
Menurutnya, 90% subsektor ekonomi kreatif itu terkait festival, pameran, dan kegiatan yang terkait sektor hiburan. Selain itu, kehadiran teknologi digital juga merevolusi segalanya, termasuk dalam penjualan tiket bisa dilakukan melalui ponsel.
”Ada puluhan ribu festival di seantero negeri yang belum terjamah. Masa depan ekonomi kreatif akan ada di handphone. Itu yang akan membuat masa depan industri hiburan mencerahkan sekali,” tukasnya.
Baca Juga: Menperin Bidik 3.220 Santri Ikut Program Santripreneur
Merujuk pada data Bekraf dalam laporan OPUS Outlook 2019, pada 2016 kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional sebesar 7,44% dan diproyeksikan akan terus meningkat. “Periode 2016- 2018 sektor ekonomi kreatif pertumbuhannya di atas 5%, di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Lebih signifikan lagi pertumbuhannya setelah era teknologi,” tuturnya. Ricky menambahkan, industri hiburan sebagai salah satu bagian dalam industri kreatif ini juga memiliki pangsa pasar yang tak terbatas.
Dalam beberapa tahun terakhir bahkan terus menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. Film, animasi, dan video bahkan masuk ke dalam sektor dengan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 10,09%, serta seni dan pertunjukkan sebesar 9,54%.
Sementara itu, musik tercatat sebesar 7,59%. Dia pun optimistis industri hiburan dapat terus menunjukkan pertumbuhan positif dan menjadi kekuatan baru bagi industri kreatif Indonesia.
”Teknologi, era milenial, dan ihwal baru banyak bermunculan dan lantas mengubah banyak lanskap. Banyak hambatan yang masih harus dibenahi, termasuk akses milenial ke pasar nasional maupun internasional,” tandasnya.
(Inda)
(Kurniasih Miftakhul Jannah)